Mereka berkomitmen agar perkumpulannya bermanfaat. Misalnya, mereka melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu korban longsor di Brebes, Jawa Tengah selama sepekan terakhir. Mereka telah mengumpulkan sekira Rp 3 juta dari target Rp 8 juta.
Beno menambahkan harapannya agar para ojek online atau dikenal dengan sebutan ojol bisa menyalurkan aksi positif.
"Menurut saya beberapa (pengemudi) ojol merasa punya pasukan dan solid. Tapi kesolidannya disalahartikan. Kalau solid ya harusnya bisa membenahi yang salah, mereka enggak perlu sembarangan bertindak," terang Beno.
Baca juga : Ojek Online Kejar Mobil X-Trail sampai Underpass Senen Sejauh 1 Km
Selain itu, ada pula pengemudi yang memilih tidak ikut kegiatan berkelompok. Supriadi misalnya, ia mengaku telah tiga tahun menjadi ojek online. Namun, ia menolak untuk mengikuti kegiatan berkelompok yang dilakukan oleh teman-temannya.
"Saya enggak ikutan yang begitu-begitu. Saya single fighter enggak gabung kegiatan komunitas. Saya yang penting cari rezeki halal bener-bener dan istri tahu," kata Supriadi.
Ia pun enggan bergabung dengan grup aplikasi WhatsApp yang biasa digunakan komunitas untuk berkoordinasi.
"Saya cuma ikut satu, itu juga karena tempat pangkalan dekat rumah. Tapi saya menolak buat dimasukin ke grup WA. Saya enggak mau ikutan yang kumpul-kumpul, mending pulang ke rumah," kata Supriadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.