Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketiadaan IPAL dan Sungai-sungai yang Tercemar di Jakarta

Kompas.com - 31/07/2018, 06:37 WIB
Ardito Ramadhan,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Ketiadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memaksa warga dan pelaku industri langsung membuang limbah mereka ke saluran air dinilai menjadi penyebab kotornya Kali Sentiong atau Kali Item.

Kepala Dinas Sumber Daya Air Teguh Hendrawan menyatakan, pengadaan IPAL di Jakarta kini menjadi sebuah kewajiban agar masalah Kali Item tidak terulang pada sungai-sungai lainnya.

"Limbah-limbah industri rumah tangga buang semua ke sini (Kali Item), kami enggak tahu juga kalau gedung-gedung tinggi pun buang (limbah) kemari. Makanya yang menjadi kebutuhan dasar pembangunan IPAL komunal sanimas (sanitasi berbasis masyarakat) itu harus segera direalisasikan," kata Teguh di Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018).

Teguh menyebut, ada 2,5 juta penduduk kurang mampu di Jakarta yang membutuhkan IPAL. IPAL dibutuhkan agar air bawah tanah tidak tercemar bahan-bahan beracun seperti bakteri e coli.

Baca juga: Pemprov DKI Beberkan Penyebab Utama Pencemaran Kali Item

Teguh menargetkan, pada tahun 2018 sedikitnya ada 10 unit IPAL yang dibangun di wilayah DKI Jakarta.

Namun, Teguh mengaku ketersediaan lahan di Jakarta menjadi hambatan dalam pengadaan IPAL. Hal itu belum ditambah dengan pengertian warga tentang pentingnya IPAL.

"Permasalahannya klasik, menyangkut masalah ketersediaan lahan. Masyarakat mungkin belum terlalu memahami manfaat ini, jujur di Jakarta masih banyak jamban ke kali-kali," kata Teguh.

Berbagai jenis sampah menumpuk di aliran Kali Krukut yang berada di Kelurahan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Saat menelusuri aliran tersebut, berbagai jenis sampah terihat menumpuk yanh didominasi sampah plastik, bungkus makanan dengan sisa makanan yang masih baru, sterofom, dan pakaian. Tampak juga bakul nasi berukuran sedang tersangkut di aliran Kali Krukut yang dangkal, Jumat (18/5/2018).KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Berbagai jenis sampah menumpuk di aliran Kali Krukut yang berada di Kelurahan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Saat menelusuri aliran tersebut, berbagai jenis sampah terihat menumpuk yanh didominasi sampah plastik, bungkus makanan dengan sisa makanan yang masih baru, sterofom, dan pakaian. Tampak juga bakul nasi berukuran sedang tersangkut di aliran Kali Krukut yang dangkal, Jumat (18/5/2018).

Oleh sebab itu, ke depannya Pemprov DKI akan membangun IPAL di atas aset-aset milik Dinas Sumber Daya Air untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan.

Teguh menyebut, satu unit IPAL hanya membutuhkan lahan seluas 400 meter persegi dan sudah bisa mengolah limbah dari 150 Kepala Keluarga.

Baca juga: Dinas LH DKI: Kadar Oksigen Kali Item Meningkat Berkat Nano Bubble

"Untuk pembangunan terkait masalah lahan, saya akan bangun (IPAL) di waduk, situ, embung yang (merupakan) aset Dinas SDA, termasuk juga rumah pompa pintu air yang kami miliki. Nah ini akan kami uji cobakan 2019 mudah-mudahan bisa terealisasi," ujarnya.

Lahan-lahan lain milik pemerintah seperti kantor kelurahan, kecamatan, dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) juga bisa dimanfaatkan sebagai IPAL.

"Kalau (pakai) lahan warga susah, enggak bakal mau, beli juga susah. Ini yang jadi pemikiran bersama," kata Teguh.

Sebelumnya, pakar tata air Universitas Indonesia Firdaus Ali menyebut pembangunan IPAL menjadi salah satu solusi dari masalah pencemaran di Kali Item.

Baca juga: Gubernur DKI: Saya Cek Kali Item Impromptu, Tidak Ada yang Tahu

Firdaus mengatakan, dengan dibangunnya IPAL, air yang bercampur dengan limbah bisa diolah, sehingga air kotor yang terlihat saat ini di kali tersebut bisa menjadi air dengan baku mutu yang lebih baik.

"Dalam jangka panjang, restorasi air sungai, waduk, itu pertama dilakukan ya stop inputnya dulu yaitu dengan membangun IPAL yang bisa sifatnya kolektif, komunal, atau semi komunal," ujar Firdaus, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/7/2018).

Selain sepuluh IPAL Komunal, Pemprov DKI Jakarta juga akan membangun 44 IPAL sanitasi berbasis masyarakat (sanimas) dengan kapasitas untuk limbah 50-100 KK.

"Pembangunan IPAL komunal itu dilakukan 10 tiap tahun. IPAL sanimas (dibangun) di 44 lokasi," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (24/7/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com