JAKARTA, KOMPAS.com — Kerusuhan terjadi di depan gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).
Massa perusuh memprovokasi petugas dengan melempar sejumlah benda, dari batu, sandal, petasan, hingga bom molotov.
Aparat keamanan mencoba memukul mundur massa dengan menembakkan gas air mata dan suar atau flare.
Baca juga: Suasana Sudah Kondusif, Jalan MH Thamrin Depan Bawaslu Masih Ditutup
Hal tersebut dilakukan karena batas waktu aksi unjuk rasa hingga pukul 18.00. Namun, aksi belum selesai setelah batas waktu yang ditetapkan.
Kompas.com merangkum enam fakta yang terjadi saat kerusuhan 22 Mei di Bawaslu:
Massa yang memenuhi lokasi aksi mayoritas memakai baju putih sembari membawa bendera.
Sebagian merupakan anak yang masih di bawah umur.
Ketika sedikit melipir ke area gedung Sarinah, tampak massa itu didominasi kelompok ibu dan bapak-bapak.
Baca juga: [VIDEO] Suasana Kerusuhan di Depan Bawaslu pada 22 Mei Malam
Mereka beberapa kali melemparkan batu hingga kembang api ke arah polisi ataupun jurnalis yang sedang meliput.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan berulang kali meminta massa tidak melakukan provokasi dan kerusuhan di depan Bawaslu.
Berulang kali pula, Harry meminta warga berhenti melempar batu hingga kembang api ke arah polisi dan jurnalis yang sedang meliput.
Baca juga: Pukul 22.35, Polisi Pukul Mundur Massa di Depan Bawaslu ke Jalan Wahid Hasyim
Harry mengingatkan, TNI-Polri yang berjaga di lokasi sejak kemarin merupakan bagian dari masyarakat.
"Bantu kami, Polri dan TNI. Kami keluarga besar TNI-Polri juga bagian dari masyarakat. Tolong jangan provokasi kami. Tolong...," ujar Harry saat massa rusuh terus melempar benda-benda ke arah polisi.
Peserta aksi unjuk rasa 22 Mei di depan kantor Bawaslu menghadiahi bunga mawar kepada seorang prajurit TNI yang tengah bertugas.
Mulanya, ada seorang peserta aksi yang berteriak ke arah puluhan petugas yang duduk di hadapan mereka di balik pagar kawat berduri.