Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga di Bekasi yang Digusur, Tak Punya Rumah dan Andalkan Puing

Kompas.com - 27/07/2019, 12:32 WIB
Vitorio Mantalean,
Krisiandi

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com — "Ya, namanya nasib orang kecil," ujar seorang pria paruh baya kepada Kompas.com, Jumat (26/7/2019).

Pria itu jadi salah seorang korban penggusuran oleh Pemerintah Kota Bekasi. Rumahnya di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat, rata dengan tanah. Menurutnya, tindakan penggusuran itu dilakukan tanpa ada diskusi sebelumnya. 

Karena khawatir, pria itu enggan diungkap identitasnya. Sebut saja namanya Ali.

Sore itu, Ali mengamati rumahnya yang dari seberang jalan. Rumah yang sudah 19 tahun dia tinggali itu sudah jadi reruntuhan.

Ali kelelahan setelah mencongkeli besi-besi kolom rumahnya dari pagi dan dia digantikan oleh putranya.

Ia masih bertahan di lokasi penggusuran, coba memungut remah-remah rumahnya yang dirasa masih punya nilai.

"Itu besi kolom yang diambil buat bangun lagi. Hari gini harga besi selangit kalau mau beli. Satu biji sudah berapa duit," ujarnya.

Baca juga: Jerit Warga Gusuran di Jakasampurna, Bekasi, yang Tak Punya Lagi Tempat Bernaung

Ali tak punya rumah lagi. Ia, bersama tiga orang anak dan empat cucunya yang masih kecil, harus berjejalan di rumah kontrakan. Besi-besi tadi ia punguti untuk menghemat biaya seandainya suatu hari nanti dia bisa kembali membangun rumah.

"Ngontrak tiga bulan. Enggak sanggup setahun. Saya mah kasihan sama anak-anak sama cucu-cucu, masih pada TK cucu," kata Ali.

Ia tak malu mengakui dirinya membutuhkan puing-puing bahan bangunan yang masih bisa berguna. Namun, Ali tak pelit. Kehilangan rumah, ia masih mengizinkan pengepul barang rongsokan untuk turut memunguti puing-puing rumahnya.

Baca juga: Pengepul Rongsokan yang Untung dan Buntung di Lokasi Gusuran Jatisampurna, Bekasi

"Kami juga butuh sebetulnya. Tapi, dia juga butuh. Lagian kalau kami sendirian nyongkelin, sepi, enggak ada teman ngobrol," ujar Ali.

Halaman:


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com