"Akhirnya sekitar jam 09.00, kami sudah sama-sama mengerti. Pukul 13.00, kami kumpulin mahasiswa, jumlahnya 40, kami coba latihan juga," tutur dia.
Kuliah berlangsung dimoderasi oleh Bambang. Ia sempat menyajikan tayangan podcast "Close The Door" bikinan Deddy Corbuzier yang kala itu menghadirkan tamu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Baca juga: Curhat Para Pekerja yang Tak Bisa Kerja di Rumah: Khawatir Bawa Virus Corona ke Rumah
Kuliah berlangsung kurang lebih 1 jam dengan aneka diskusi. Bahasan pada hari itu cukup banyak.
Materi kuliah yang mestinya jadi bahan ajar Jumat, akhirnya terbawa pada Kamis itu.
"Saat itu Prof. Bambang masih terlihat sehat-sehat saja, tidak ada gejala apa pun. Masih sehat dan mengajar biasa," tutur Kevin.
Jumat, kuliah online terakhir
Jumat, kuliah kembali diselenggarakan pada pukul 08.00 WIB, seperti jadwal kuliah tatap muka biasa di kampus.
"Karena kuliah sudah pasti di Jumat pagi, saya tidak chat Prof. Bambang lagi. Tapi, untuk menginformasikan, Prof. Bambang malah menelepon saya bahwa jam 08.00 ada kelas," ujar Kevin.
"Di telepon itu (Prof. Bambang) belum batuk-batuk. Masih sehat," tambah dia.
Kuliah akhrinya berlangsung, diisi oleh 40 mahasiswa. Biasa saja, selain berakhir cukup cepat, yakni hanya 30 menit sejak dibuka.
Bambang juga tak ambil terlalu banyak porsi "ceramah", sehingga layar video conference tak selalu tertuju pada sosok Bambang di balik layar monitor.
"Mahasiswa diminta diskusi seperti biasa saja di kelompok-kelompoknya," ingat Kevin.
Saat kuliah berakhir, tak pernah tebersit pula di benak ia dan kawan-kawannya bahwa kuliah barusan akan jadi perjumpaan terakhir mereka dengan guru besar yang dikenal rendah hati itu.
Saat itu, Bambang tidak berucap bahwa ia tidak enak badan atau hendak ke rumah sakit maupun cerita soal Covid-19.
Sang profesor memang diketahui punya klinik tempat ia praktik. Namun almarhum tak pernah mengumbar kehidupan pribadinya saat mengisi kuliah.