Erwin sendiri tak membuka penjualan secara daring. Erwin mengaku, penjualan secara daring memiliki persaingan yang ketat.
Maman (33), pemilik kios buku Kwitang Jaya Blok B Basement juga merasakan turunnya pendapatan dari penjualan buku saat pandemi Covid-19. Pendapatannya dari penjualan di kios turun 75 persen pada awal penerapan PSBB.
Penjualan secara offline tak membuahkan hasil. Namun, berbeda dengan penjualan daring.
Maman masih bisa bertahan hidup dari penjualan buku secara daring lewat marketplace.
Baca juga: PSBB DKI Jakarta Diklaim Bikin Tingkat Hunian RS Darurat Wisma Atlet Menurun
"Kalau penjualan di toko itu, kadang ada kadang engga. Dari awal sampai sekarang ini ya membantu ya penjualan online. Hari ini aja jualan di toko cuma dapat empat buku," kata Maman saat ditemui.
Saat ini, pembelinya tak memilih belanja langsung. Namun, pembeli lebih memilih belanja secara daring.
"Setelah pandemi, 75 persen pembeli beli lewat online. Orang masih takut beli langsung. Sebelum pandemi, 50 persen offline, 50 persen online sama pembelian," kata Maman.
Pembelinya masih kalangan siswa dan mahasiswa di Jakarta. Penjualan lewat online masih Maman pertahankan.
"Kalau lagi sepi pengunjung, saya upload-upload foto buku ke toko online. Ya sama ngobrol-ngobrol sama temen sambil ngopi saja kalau sepi," ujar Maman.
Maman masih bersyukur masih bisa bertahan hidup tanpa berutang di tengah masa pandemi Covid. Meski begitu, cara berjualannya memang diakui berubah.
"Namanya transaksi itu kan beralih ke online karena perkembangan teknologi. Tahun ajaran baru mahasiswa biasanya datang berbondong-bondong satu kampus. Biasa beli borongan. Sekarang enggak ada. Sekarang ya satu mahasiswa aja paling yang beli," kata Maman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.