Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penjual Buku di Masa Pandemi, Berhari-hari Tak Ada Pembeli, Bertahan Lewat Penjualan Online

Kompas.com - 04/11/2020, 13:19 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Erwin sendiri tak membuka penjualan secara daring. Erwin mengaku, penjualan secara daring memiliki persaingan yang ketat.

Online jadi tumpuan

Maman (33), pemilik kios buku Kwitang Jaya Blok B Basement juga merasakan turunnya pendapatan dari penjualan buku saat pandemi Covid-19. Pendapatannya dari penjualan di kios turun 75 persen pada awal penerapan PSBB.

Penjualan secara offline tak membuahkan hasil. Namun, berbeda dengan penjualan daring.

Maman masih bisa bertahan hidup dari penjualan buku secara daring lewat marketplace.

Baca juga: PSBB DKI Jakarta Diklaim Bikin Tingkat Hunian RS Darurat Wisma Atlet Menurun

"Kalau penjualan di toko itu, kadang ada kadang engga. Dari awal sampai sekarang ini ya membantu ya penjualan online. Hari ini aja jualan di toko cuma dapat empat buku," kata Maman saat ditemui.

Saat ini, pembelinya tak memilih belanja langsung. Namun, pembeli lebih memilih belanja secara daring.

"Setelah pandemi, 75 persen pembeli beli lewat online. Orang masih takut beli langsung. Sebelum pandemi, 50 persen offline, 50 persen online sama pembelian," kata Maman.

Pembelinya masih kalangan siswa dan mahasiswa di Jakarta. Penjualan lewat online masih Maman pertahankan.

"Kalau lagi sepi pengunjung, saya upload-upload foto buku ke toko online. Ya sama ngobrol-ngobrol sama temen sambil ngopi saja kalau sepi," ujar Maman.

Maman masih bersyukur masih bisa bertahan hidup tanpa berutang di tengah masa pandemi Covid. Meski begitu, cara berjualannya memang diakui berubah.

"Namanya transaksi itu kan beralih ke online karena perkembangan teknologi. Tahun ajaran baru mahasiswa biasanya datang berbondong-bondong satu kampus. Biasa beli borongan. Sekarang enggak ada. Sekarang ya satu mahasiswa aja paling yang beli," kata Maman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com