Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Dikeroyok Satpam di Sentra Vaksinasi GBK, Polisi Periksa Korban

Kompas.com - 02/08/2021, 15:18 WIB
Ihsanuddin,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Wisnu Wardhana menyatakan, pihaknya telah menerima laporan penganiayaan terhadap mahasiswa bernama Zaelani (26) oleh sejumlah satpam di Sentra Vaksinasi Gelora Bung Karno (GBK).

Laporan itu dibuat pada Sabtu (31/7/2021), dan terdaftar dengan Nomor: LP/B/997/VII/2021/SPKT/Polres Metro Jakarta Pusat/Polda Metro Jaya.

"Benar sudah diterima laporannya, sementara kita tindaklanjuti dan dalam proses," kata Wisnu saat dikonfirmasi, Senin (2/8/2021).

Baca juga: Seorang Mahasiswa Dikeroyok Satpam di Sentra Vaksinasi GBK

Korban melaporkan sejumlah satpam yang menganiaya dengan Pasal 170 KUHP terkait pengeroyokan dan 351 KUHP terkait penganiayaan.

Wisnu menyatakan, sejauh ini pihaknya sudah menindaklanjuti kasus ini dengan meminta keterangan korban selaku pelapor.

"Sudah diminta keterangan pelapornya," kata Wisnu.

Polisi juga akan memeriksa satpam yang diduga menganiaya dan mengeroyok korban. Namun Wisnu belum bisa memastikan kapan pemeriksaan akan dilakukan.

"Sementara proses ya," kata dia.

Adapun peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Jumat (30/7/2021) pekan lalu, saat Zaelani hendak bertanya terkait sertifikat vaksinasi dosis kedua yang belum ia dapatkan.

Vaksinasi kedua itu sudah dilakukan Zaelani pada 31 April lalu. Namun, sertifikat vaksinasi keduanya tak kunjung muncul di aplikasi peduli lindungi.

"Sertifikat vaksinasi pertama saya ada di aplikasi, kok yang kedua sampai hari ini enggak ada. Akhirnya saya inisiatif nelpon hotline 119 dan saya diarahkan ke tempat saya vaksin, yaitu di GBK," kata Zaelani.

Baca juga: Duduk Perkara Mahasiswa Dikeroyok Satpam di Sentra Vaksinasi GBK

Berdasarkan arahan petugas call center itu, akhirnya Zaelani mendatangi sentra vaksinasi di pos V GBK.

Namun sesampainya di Pos V GBK, Zaelani dilarang oleh satpam untuk masuk menemui panitia vaksinasi.

Satpam itu beralasan hanya peserta vaksinasi yang hari itu mendapat jadwal vaksin yang diperkenankan untuk masuk.

Ia diarahkan oleh satpam itu ke Pos II, namun rupanya itu adalah vaksinasi untuk pengemudi ojek online.

Akhirnya, ia diarahkan kembali ke Pos V. Namun ia tetap dicegat oleh dua orang satpam yang menjaga akses masuk.

Baca juga: Pengelola Ragunan Belum Tahu Awal Mula Penularan Dua Harimau hingga Terinfeksi Covid-19

Akhirnya terjadi perdebatan antara Zaelani dan kedua satpam. Zaelani mengotot hendak menemui panitia vaksinasi karena ia telah mendapat arahan dari petugas call center 119.

Namun Satpam juga mengotot melarang Zaelani masuk karena area di dalam dikhususkan untuk peserta vaksinasi yang telah terjadwal.

"Di situ kita adu argumen. Akhirnya dua satpam itu memanggil temannya 5-6 orang. Chaos di situ, akhirnya kejadian pemukulan," kata Zaelani.

Zaelani tak ingat berapa orang satpam yang memukulinya karena situasi sudah kacau. Saat itu, ia hanya berupaya kabur.

Namun, satpam-satpam itu mengejarnya hingga tertangkap. Zaelani langsung digiring ke pos satpam.

"Di sana saya kembali mendapat intimidasi, di suruh teken surat damai," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com