Menlansir Kompas.id, Thamrin tak hanya dikenal sebagai pahlawan nasional, tetapi juga sukses sebagai seorang pedagang. Kala itu, Thamrin memiliki usaha impor buah yang membuat dia dikenal sebagai seorang dermawan.
Dalam buku tentang kisah cinta Soekarno dan istri pertamanya, Inggit Ganarsih, yang ditulis Ramadhan KH, kedermawanan Thamrin terlihat tatkala dia memberikan sejumlah uang kepada keluarga Presiden pertama RI itu untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Patung Hermes, Saksi Sibuknya Kawasan Harmoni yang Sempat Hilang
"Selain naskah yang diperlukan Kusno (panggilan Inggit pada Soekarno), ada sehelai amplop (dari MH Thamrin) buatku. Waktu aku buka, di dalamnya ada uang lima puluh gulden, jumlah yang lumayan. Betapa girangnya aku," kata Inggit.
Dalam cerita lain, Thamrin pernah menggelontorkan 2.000 gulden untuk membuat stadion sepak bola. Hal itu dia lakukan ketika mengetahui pribumi dilarang masuk ke stadion sepak bola yang dikelola oleh Pemerintah Hindia-Belanda.
Stadion yang dibuat Thamrin bertaraf internasional dan khusus untuk kaum pribumi. Stadion itu didirikan di kawasan Petojo yang diberi nama stadion VIJ singkatan dari Voetbal Indonesia Jakarta.
Di sisi timur kawasan Monas terdapat patung pahlawan perempuan Tanah Air, Raden Ajeng (RA) Kartini. Patung yang berjumlah tiga buah ini menggambarkan sosok Kartini yang sedang menari dengan gerakan yang berbeda-beda.
Patung ini diketahui merupakan pemberian Pemerintah Jepang kepada Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari adanya ukiran aksara jepang tepat di bawah patung Kartini bagian tengah.
Arsip Kompas.com menuliskan, Kartini adalah putri tertua keturunan keluarga ningrat atau bangsawan Jawa. Ayahnya merupakan Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat.
Sementara sang Ibu bernama MA Ngasirah, putri anak dari seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Keluarga Kartini kala itu dikenal cerdas.
Baca juga: Mengenal Patung MH Thamrin, Monumen Pahlawan Kemerdekaan Asli Tanah Betawi
Sejarah mencatat, sosok kepahlawanan Kartini salah satunya terlihat dengan keaktifannya memperjuangkan kesetaraan hak perempuan.
Emansipasi wanita mulai menggema di Indonesia atas jasa Kartini. Sebagai perempuan Jawa, dia sangat merasakan ketimpangan sosial antara perempuan dan laki-laki kala itu.
Tak jauh dari Patung Diponegoro, di sisi utara kawasan Monas terdapat patung setengah badan sosok Chairil Anwar berbahan perunggu.
Melansir lama Jakarta Tourism, patung penyair legendaris tanah itu dibuat oleh Arsono dengan wajah tenang yang memandang lurus ke depan.
Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta yang kala itu, R Suprapto, pada 21 Maret 1986.
Arsip Kompas.com menuliskan, Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan, dari pasangan Tulus dan Saleha, sebuah keluarga Minangkabau yang taat beragama.
Baca juga: Bung Karno dan Kisah di Balik Wajah Ramah Pemuda pada Monumen Selamat Datang
Bagi bangsa Indonesia, nama Chairil Anwar tak asing di kalangan sastrawan, guru, pelajar hingga mahasiswa. Hal itu karena Chairil membawa pembaruan di dunia kesusasteraan terutama dalam puisi.
Pembaruan itu meliputi penggunaan bahasa, pandangan hidup, dan sikap hidup. Chairil Anwar telah memelopori lahirnya satu angkatan kesusasteraan baru yang disebut Angkatan 45.
Secara garis besar, ciri-ciri angkatan 45 adalah penghematan bahasa, kebebasan pribadi, individualisme, berpikir lebih kritis, dan dinamis.
Chairil membawa aliran baru yang disebut ekspresionisme, suatu aliran seni yang menghendaki kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.