JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir dengan ketinggian air yang bervariasi melanda sejumlah permukiman warga di Jakarta Selatan, Minggu (7/11/2021) malam hingga Senin pagi kemarin.
Salah satu permukiman warga yang terdampak banjir adalah kawasan RW 09 di Jalan Bangka I D, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Pada Minggu malam, banjir terjadi dengan ketinggian air satu hingga dua meter di kawasan Bangka I D.
"Macam-macam tinggi airnya. Di dalam rumah sebetis saya, di luar rumah sepinggang, dan di jalan ujung itu lebih dalam. Kira-kira satu sampai dua meter dari Minggu sore itu banjir," kata seorang warga, Ani, di lokasi Selasa (9/11/2021).
Baca juga: Warga Buncit 12 Sebut Banjir Makin Parah Setelah Kali Mampang Dikeruk
Ani sudah lima tahun tinggal di sebuah rumah kontrakan di Bangka I D. Selama tinggal di sana, setiap tahun dia kebanjiran.
Banjir terparah yang dirasakan Ani pada Februari 2021. Tingginya air membuat perempuan 53 tahun itu harus mengungsi ke masjid yang lokasinya lebih tinggi dari tempat tinggalnya.
"Terkahir yang Minggu kemarin itu baru banjir lagi. Tapi tidak sampai ngungsi. Surut cepat," kata Ani.
Ani mengaku lelah dengan bencana banjir. Namun, kondisi ekonominya membuat dia harus bertahan bersama suami dan seorang anaknya di rumah kontrakan itu.
Dia kesulitan mencari dan membayar kontrakan lain karena tarifnya lebih mahal. Ani hanya seorang buruh cuci dan seterika pakaian dari satu rumah ke rumah warga lain.
"Alasannya ya karena ngontrak di sini murah. Kalau cari lokasi yang tidak banjir kan mahal. Saya cuma buruh cuci sama seterika. Ya sudah bertahan aja," kata Ani.
Banjir yang terjadi saban tahun membuat Ani tidak lagi memiliki barang elektronik dan perabotan rumah. Barang-barang itu sudah hancur terendam air banjir.
"Kulkas, mesin cuci, dan kasur habis pada hancur. Sekarang tidur di bawah pake karpet. Untung cucu sudah pindah, kasihan kalau tidur di karpet," kata Ani.
Warga lain, Ratna (42) mengaku sudah puluhan tahun menjadi warga yang terdampak banjir di Bangka I D.
"Saya dari gadis di sini sudah banjir. Saya nikah sama suami asli sini, bergeser dikit saja tempat tinggal jadi ikut suami. Tidak apa-apa tetap bertahan orang banjir tidak setiap hari ini," kata Ratna.
Ratna mengatakan, upaya pemerintah menangani banjir belum sukses. Terakhir upaya gerebek lumpur yang dilakukan Pemerintah Kota Jakarta Selatan pada pertengahan Oktober 2021, tidak mengurangi ketinggian air.
"Padahal pengerukan itu ada puluhan personel dikerahkan. Karena ada penyempitan kali, karena jembatan. Jadi air Kali Mampang itu meluap tetap masuk ke rumah," kata Ratna.
"Sudah disikusikan saat Musrembang. Tapi dianalisa lagi kalau ditinggikan jembatan malah wilayah lain rendah dan itu lebih tinggi lagi banjir," kata Rata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.