Tindakan tak jujur dari petugas, menurut dia, menjadi penyebab mahalnya harga solar yang dijual kepada para nelayan.
"Kalau kita beli di pom nelayan kecil enggak bisa beli. Itu liciknya orang pom begitu, jadi dia nguntungin lagi seribu. Kalau dari pemerintah Rp 6.800, udah sampai konsumen, nelayan kecil jadi Rp 7.800," terang Maryadi.
Keduanya menyampaikan, harga BBM naik membuat kebutuhan akan solar pun semakin menjerat nelayan kecil.
Baca juga: Nelayan Muara Angke Minta Diprioritaskan sebagai Penghuni Pulau G
Bagi Roki, untuk melaut ia harus mengeluarkan Rp 350.000 untuk membeli 50 liter solar.
Sementara sebelum harga BBM naik, Maryadi menghabiskan uang sekitar Rp 105.000 untuk membeli solar. Kini ia perlu mengeluarkan uang lebih besar yakni sekitar Rp 160.000 untuk 20 liter solar.
"Terasa sekali makanya jarang berangkat kalau ikannya kosong kan rugi sekali," papar Maryadi.
Maryadi menuturkan, kenaikan harga BBM yang dinilai memberatkan nelayan tradisional diharapkan bisa kembali dikaji oleh pemerintah.
Pria yang sudah 35 tahun menjadi nelayan itu berharap agar pemerintah dapat menurunkan harga BBM, supaya para nelayan tetap bisa melaut.
"Ya harapannya diturunin harga BBM-nya, nelayan seperti kami kesulitan," jelas dia.
Senada dengannya, kondisi yang dialami nelayan kecil membuat Roki mengharapkan pemerintah lebih memperhatikan keadaan mereka dan mencarikan solusi atas masalah ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.