Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pudarnya Kejayaan Pasar Taman Puring Dihantam Pandemi, Dulu "Surga" bagi Pemburu Sepatu Murah...

Kompas.com - 02/03/2023, 10:45 WIB
Rizky Syahrial,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Azwar menambahkan, karena sepi, pedagang kini menutup tokonya tidak lebih dari pukul 17.00 WIB.

"Tutup kami semua jam 17.00 WIB, clear ya sebelum maghriblah, tergantung masing-masing toko bukanya jam berapa, tapi tutup sama," imbuh Azwar.

Azwar menduga, kebanyakan pembeli saat lebih suka membeli barang dari toko online, dibandingkan harus datang ke Pasar Taman Puring.

"Habis Covid-19 ya orang jadi suka beli online, malas ke pasar. Sama masih sepi banget pokoknya, pas Covid-19 lagi, orang-orang malas keluar, takut, makanya pada di rumah aja," terang Azwar.

Saking sepinya, kata Azwar, banyak karyawan toko yang di-PHK karena pemasukan yang sedikit.

"Banyak juga yang di-PHK karyawan, karena enggak ada duit kan," kata Azwar.

Sering dicemooh masyarakat

Selain itu, pedagang di sana rupanya sering dicemooh pembeli karena menjual barang tiruan atau 'KW'.

Azwar bercerita, dia menawarkan banyak pilihan sepatu bermerek Adidas dan Nike. Namun, barang yang ia jual kualitasnya satu tingkat di bawah kualitas original atau yang disebutnya premium.

Azwar mengaku seringkali menerima cemoohan dari pengunjung yang datang ke tokonya. Tak ayal, Azwar pernah merasa sakit hati.

"Kadang-kadang juga harus sabar sih (menangani pembeli), ada ibaratnya kan pembeli itu ibarat raja, jadi ya seenaknya dialah suka banding-bandingin (produk original dengan KW)," kata Azwar.

"Saya jawab, 'Ya namanya harga segitu, ya wajar, kalau mau original harga Rp 2 jutaan'," tambah dia.

Baca juga: Sepi Usai Pandemi Covid-19, Sebagian Pedagang Pasar Taman Puring Kini Mulai Jualan Siang Hari

Azwar menuturkan, sebagian pembeli mencemooh kualitas barang yang ia jual hanya untuk menawar harga.

Setelah mencemooh, beberapa orang yang datang ke tokonya pun akhirnya tak membeli dagangannya.

"Ada yang sebagian beli buat nawar harga dulu loh, 'Sepatu kayak gini KW nih masa harga segini', gitu, agak sakit hati saya. Tapi lama-lama dibeli juga. Ada juga yang enggak jadi beli, ada yang baik juga," tutur Azwar.

Menurut Azwar, banyak pembeli yang tidak mengetahui kualitas barang yang ia jual.

"Ada yang sebagian beli, ada yang sebagian enggak, kadang orang yang barang sepatu premium kayak gini suka ngeremehin, 'Barang KW ini', tapi dia enggak tahu kualitasnya, padahal bagus juga sih, namanya barang impor kan, jadi lumayanlah," papar Azwar.

Baca juga: Tumbangnya Kejayaan Satu Per Satu Mal di Jakarta, dari Mal Blok M hingga Plaza Semanggi

Kata Azwar, ia menjual barang barang tiruan agar semua kalangan bisa memakai barang seperti yang asli.

"Ya kalau barang ori kan Rp 2 juta lebih ya, dibanding harga Rp 400.000 ya udah lumayan, semua kalangan bisa pakai istilahnya harga segini kan," kata Azwar.

"Misalnya kalangan masyarakat menengah mikir-mikir untuk beli sepatu original, daripada beli yang original pasti beli yang lain kan. Kalau kayak gini, semua kalangan bisa pakai, gajian masih bisa sisihin buat beli sepatu ini. Yang penting bisa pakai aja model sama," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan 'Study Tour' Harus Dihapus

Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan "Study Tour" Harus Dihapus

Megapolitan
FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

Megapolitan
Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Megapolitan
Tabrak Separator 'Busway' di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Tabrak Separator "Busway" di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Megapolitan
Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com