Pada Minggu (5/3/2023), jasadnya sudah dibawa pulang oleh pihak keluarga dari RS Polri.
"Kemarin pas bawa pulang, jenazah langsung dibawa ke Madura untuk dimakamkan," kata Junaedi (50), saudara dekat Hanifah dan Fahrul.
Namun, pihak keluarga harus mengurungkan niat untuk turut membawa pulang jasad Hanifah karena terhambat proses tes DNA yang dinilai terlalu lama.
"Katanya harus nunggu dan bersabar. Orang rumah sakit bilangnya cuma sabar. Saya udah bilang, saya harus nunggu berapa lama lagi. Apakah seminggu atau 10 hari?" tutur Lidya.
Junaedi sampai meminta-minta tolong kepada RS Polri untuk mengizinkan segera membawa pulang Hanifah.
"Kasihan lihatnya, ibaratnya kayak anaknya udah pulang, tapi ibunya enggak diajak pulang," sambung dia.
Baca juga: Wacana Relokasi dari Zona Merah Depo Pertamina Plumpang, Warga: Kalau Harganya Cocok, Pasti Nurut
Kehilangan ibu dan mertua
Sulistiawati (44) dan Endang (50) harus kehilangan sosok Iriana (61).
Ia adalah sosok ibu bagi Sulistiawati, dan mertua bagi Endang.
Iriana pertama kali ditemukan oleh adik Sulistiawati ketika pihak keluarga mengangkut puing-puing di bekas rumah mereka.
Saat itu, jasad Iriana berada di kamar mandi, tetapi kondisinya sudah terbakar.
"Saya minta tolong warga untuk angkut puing. Adik saya yang ngelihat ibu saya kegencet bongkahan batu. Dibongkar cuma 30 menitan langsung ketemu, sekitar jam 14.30 WIB Sabtu," ungkap Endang di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu pagi.
Baca juga: Saat Warga Sekitar Depo Pertamina Plumpang Minta Jangan Digusur karena Kantongi IMB Sementara...
Awalnya, pihak keluarga ingin langsung memakamkan Iriana. Namun, pihak RW menahannya.
Endang menjelaskan, RW setempat menyarankan agar keluarganya mengikuti prosedur yang ada seperti keluarga korban lainnya.
"Katanya ikuti prosedur yang ada, katanya yang lain juga gitu, diserahkan ke PMI dan langsung dibawa ke RS Polri. Tadinya udah mau dimakamkan karena kasihan," terang dia.