Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronisnya Konflik Agraria Warga Tanah Merah dengan Pertamina hingga Terus Jadi Bursa Politik di Jakarta

Kompas.com - 08/03/2023, 14:05 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kronisnya konflik agraria yang terjadi di Tanah Merah masih persoalan dalam klaim status lahan di sekitar Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara.

Perdebatan ini muncul sebagai buntut dari kebakaran depo BBM pada Jumat (3/3/2023), yang merembet ke permukiman warga dan membuat 19 orang tewas dan 49 lainnya luka-luka.

Sekretaris Jendral Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menjelaskan, ketidakjelasan status kepemilikan lahan itu yang membuat nasib warga Tanah Merah menggantung sejak lama.

Baca juga: Jawaban Pemprov DKI atas Kritik Penerbitan IMB Kawasan Tanah Merah

"Terlepas apa yang menjadi penyebab kebakaran, saya pikir ada konflik agraria yang tidak pernah kunjung diselesaikan sampai dengan detik ini," tutur Dewi kepada Kompas.com, dikutip Rabu (8/3/2023).

Dampaknya, kata Dewi, sudah bisa dirasakan sekarang yang mana perkampungan yang ada di kawasan tersebut semakin padat bersamaan tengah persoalan bahayanya zona lokasi sekitar depo.

Kalau memang kampung itu akan ditata, Dewi berpandangan seharusnya sudah sejak lama hak-hak warga diberikan. Terlebih, jarak antara depo dengan permukiman harus ada zona aman atau buffer zone.

Walhasil, konflik agraria yang tidak kunjung dituntaskan sejak awal itu berujung pada sengketa hingga tumpang tindih klaim status kepemilikan lahan.

Baca juga: IMB Sementara Warga Tanah Merah Diributkan, Patutkah Anies Baswedan Disalahkan?

"Maka kompleksitas masalah agrarianya menjadi lebih rumit ditambah lagi permukiman tentu akan semakin padat yang membuat aktivitas Pertamina dan kehidupan warga tidak aman," kata dia.

Jadi "gorengan" isu politik

Dewi menyayangkan peristiwa kebakaran ini berujung jadi "gorengan" isu poilitik. Padahal, kata dia, persoalan status lahan di Tanah Merah ini sudah menjadi permasalahan agraria yang kronis karena dibiarkan sejak lama.

Menurut Dewi, penyelesaian status hak lahan warga Tanah Merah ini perlu dijauhkan dari politisasi. Selama ini, konflik agraria dinilai tidak pernah tuntas sejak 1980-an karena kental dengan nuansa politik.

Baca juga: Ribut-ribut IMB Sementara di Tanah Merah, KPA Desak BPN Buka Status Lahan Depo Plumpang yang Diklaim Pertamina

"Kasus ini tidak pernah dituntaskan secara utuh, tetapi selalu dalam proses politik di DKI Jakarta ini selalu jadi bagian dari janji politik di era mana pun," kata Dewi.

Pada 2012, mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, membentuk tim teknis penanganan masalah Tanah Merah yang tertuang dalam Keputusan Gubernur No.101/2012 pada 13 Januari 2012.

Namun, hingga berakhirnya jabatan Fauzi Bowo, permasalahan yang dihadapi warga Tanah Merah juga belum selesai. Lantas, Joko Widodo yang saat itu menjabat jadi orang nomor satu di Jakarta membagikan kartu tanda penduduk (KTP) pada 2012.

Baru kemudian baru diikuti Anies yang menerbitkan IMB kawasan yang sifatnya sementara pada 2021. Penerbitan IMB itu pun, kata Dewi, hanya jalan tengah agar warga setempat tetap bisa mengakses kebutuhan dasar.

Kendati demikian, Dewi melanjutkan, hal yang menjadi dasar persoalan status lahan di Tanah Merah juga belum ada hasilnya. Sejauh ini, kata dia, hanya penyelesaian sementara yang diterima warga Tanah Merah.

Baca juga: 2 Hari Usai Peninjauan, BPN Jakut Belum Simpulkan Siapa Pemilik Lahan Sekitar Depo Pertamina Plumpang

BPN didesak buka status lahan

Dewi meminta Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) DKI Jakarta dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk turun tangan dalam membuka status hak atas tanah yang selama ini diklaim oleh Pertamina.

"Itulah yang menjadi penyebab tumpang tindih klaim dan konflik berkepanjangan warga dengan perusahaan negara tersebut," tutur Dewi.

Apabila ditarik dari sisi kesejarahan, kata Dewi, sebetulnya perkampungan di Tanah Merah itu sudah ada lebih dulu, yakni sejak 1960-an. Lalu, permukiman itu mulai berkembang pada 1980-an.

"Klaim Pertamina itu datang belakangan. Pada 1970-an, barulah masuk klaim Pertamina dan menyatakan bahwa Pertamina yang berhak atas tanah tersebut," kata Dewi.

Baca juga: Ini Alasan Pemprov DKI Terbitkan IMB Kawasan Sekitar Depo Pertamina Plumpang pada 2021

Konflik yang sudah berlangsung sejak lama ini pun tidak kunjung diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Yang terjadi justru warga di sekitar sana menjadi bursa politik.

"Sehingga sengketanya menjadi berkepanjangan. Itulah yang kami sebut sebagai konflik agraria karena dampak sosial ekonominya sangat luas. Ini bukan sengketa pertanahan biasa," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com