Karena itu, ia merasa tak percaya dana iuran Tapera bakal dikelola dengan baik, apalagi sudah banyak program pemerintah yang dikorupsi.
“Dan, ini tentu dari pengalaman-pengalaman yang ada, itu justru banyak dikorupsi. Makanya, kita sepakat program ini karena ternyata hanya untuk menutupi defisit anggaran negara,” katanya.
Atas alasan itulah, massa yang berunjuk rasa menuntut agar Presiden Joko Widodo mencabut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tapera dan peraturan turunannya.
Massa juga menuntut Jokowi membuka ruang dialog yang demokratis, partisipatif, transparan, dan inklusif dalam rencana penyelenggaran pembangunan perumahan untuk rakyat.
“Menuntut pemerintah membangun perumahan rakyat secara layak, ekonomis dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang terintegrasi dengan tempat bekerja, dan akses moda transportasi modern,” ujar Sunarno.
Usai menggelar aksi, Sunarno menyampaikan bahwa pihaknya akan kembali mengadakan unjuk rasa penolakan program Tapera yang lebih besar.
Baca juga: Buruh Berencana Gelar Aksi Tolak Tapera Lebih Besar dan Serentak, Libatkan Mahasiswa
“Kita ke depan akan mengagendakan aksi besar secara serentak dan bersama-sama untuk melakukan penolakan untuk UU (Undang-undang) Tapera,” ujar Sunarno.
Namun, Sunarno belum mau membocorkan kapan aksi lanjutan penolakan Tapera akan digelar.
Ia hanya mendorong peserta yang hadir dalam aksi pada Kamis kemarin untuk melakukan konsolidasi dengan lebih banyak massa di wilayah masing-masing, baik itu di kampus, pabrik, maupun lingkungan tempat tinggal.
Aksi unjuk rasa penolakan Tapera juga digelar Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kota Bogor Raya di Jalan Sudirman, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Kamis.
Para mahasiswa datang dari arah Jalan Ahmad Yani sambil membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan beberapa tuntutan dan kritikan.
Pengamatan Kompas.com di lokasi, massa mulai memadati area Jalan Sudirman sekitar pukul 16.00 WIB.
Baca juga: Demo Tolak Tapera, Aliansi BEM Bogor Bawa Spanduk Tabungan Penderitaan Rakyat
"Rakyat dibohongi, demokrasi dipecundangi" tulisan dalam spanduk.
"Tapera, Tabungan Penderitaan Rakyat" tulisan dalam spanduk lainnya.
Terlihat salah satu mahasiswa yang menggunakan almamater berwarna hijau naik ke atas mobil komando sambil berorasi.