Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemacetan Makin Menyiksa

Kompas.com - 09/03/2015, 14:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Hingga dua-tiga tahun mendatang, kemacetan lalu lintas dipastikan kian membelit warga Jakarta dan sekitarnya. Pembangunan sejumlah infrastruktur yang sedang gencar setahun terakhir menyita ruang jalan. Perlu rekayasa lalu lintas lebih intens.

Proyek pembangunan transportasi massal cepat (MRT) sejak 2014 yang diikuti proyek-proyek lain awal tahun 2015 memakan sebagian badan jalan. Akses yang biasa dilalui warga menyempit sehingga arus lalu lintas tersendat.

Hal itu kian menyiksa pengguna jalan yang umumnya berangkat dari rumah ke tempat kerja atau sebaliknya. Mereka membuang waktu berjam-jam di jalan. Belum lagi penghamburan biaya akibat pemborosan bahan bakar minyak serta kelelahan fisik dan psikis.

Elisabeth Yuni (38), warga Ciledug, Tangerang, harus membuang waktu di jalan 2 jam-2,5 jam saat berangkat dari rumahnya ke tempat kerja di Permata Hijau, Jakarta Selatan. Padahal, jarak rumahnya dengan kantor hanya 12 kilometer.

"Kaki pegal, waktu terbuang di jalan, dan bos di kantor sudah uring-uringan," ujar karyawan perusahaan swasta ini, pekan lalu.

Perempuan karier ini terpaksa mengendarai mobil pribadi dari rumah ke kantornya. Jika naik angkutan umum, dia harus berganti berkali-kali dan waktu yang ditempuh malah menjadi lebih lama.

Rute yang dilalui Yuni bersinggungan dengan sejumlah proyek pembangunan jalan. Jika melalui Jalan Joglo Raya ke Permata Hijau, dia akan berhadapan dengan efek pembangunan jalan layang Permata Hijau. Jika melalui Jalan Ciledug Raya, dia akan berhadapan dengan pembangunan jalan layang untuk bus transjakarta Koridor XIII Ciledug-Blok M-Tendean.

Dalam kondisi lancar, rute Ciledug-Permata Hijau bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Setelah pembangunan jalan layang dan jalur bus transjakarta, waktu tempuhnya menjadi empat kali lipat.

"Saya sering memilih berangkat setelah pukul 08.00 dengan asumsi lalu lintas mulai lega karena banyak orang sudah berangkat bekerja. Tetapi sama saja. Kerap mobil tersendat atau berhenti, tak ubahnya parkir di jalan raya," katanya.

Selain lelah fisik dan banyak waktu terbuang, dampak lain yang harus dia hadapi adalah membengkaknya pengeluaran. Sekarang Yuni setiap dua hari sekali mengisi penuh tangki mobilnya. Pengeluaran bensin yang semula tak sampai Rp 1 juta per bulan kini jadi Rp 1,7 juta.

Mengetahui bahwa dirinya akan didera kemacetan hingga tahun 2016, Yuni pun hanya bisa pasrah. "Menikmati kemacetan saja, ha-ha-ha," katanya.

Hal yang sama dialami Putri (27), karyawan di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, yang kantornya dilalui proyek MRT. Dia biasanya mengendarai mobil dari rumahnya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, ke kantor. Untuk menyiasati kemacetan, dia tak jarang naik bus transjakarta. Namun, sama saja, tetap tersendat.

Sementara itu, penutupan Pintu M1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, jalan belakang dari Kota Tangerang, membuat arus lalu lintas dialihkan ke Jalan Perimeter Selatan. Sementara dari bandara dan Jakarta menuju Kota Tangerang melalui Jalan Perimeter Utara.

Penutupan ini terkait rencana pembangunan stasiun kereta bandara. Waktu tempuh bisa mencapai 1 jam untuk jarak yang hanya 1 kilometer.

Rekayasa lalu lintas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Kertajaya, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Kertajaya, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Detik-detik Penjambret Ponsel di Jaksel Ditangkap Warga: Baru Kabur 100 Meter, Tapi Kena Macet

Detik-detik Penjambret Ponsel di Jaksel Ditangkap Warga: Baru Kabur 100 Meter, Tapi Kena Macet

Megapolitan
Pencuri Motor yang Sempat Diamuk Massa di Tebet Meninggal Dunia Usai Dirawat di RS

Pencuri Motor yang Sempat Diamuk Massa di Tebet Meninggal Dunia Usai Dirawat di RS

Megapolitan
Ratusan Personel Satpol PP dan Petugas Kebersihan Dikerahkan Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

Ratusan Personel Satpol PP dan Petugas Kebersihan Dikerahkan Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Alasan Warga Tak Amuk Jambret Ponsel di Jaksel, Ternyata “Akamsi”

Alasan Warga Tak Amuk Jambret Ponsel di Jaksel, Ternyata “Akamsi”

Megapolitan
Korban Jambret di Jaksel Cabut Laporan, Pelaku Dikembalikan ke Keluarga untuk Dibina

Korban Jambret di Jaksel Cabut Laporan, Pelaku Dikembalikan ke Keluarga untuk Dibina

Megapolitan
Penjambret di Jaksel Ditangkap Warga Saat Terjebak Macet

Penjambret di Jaksel Ditangkap Warga Saat Terjebak Macet

Megapolitan
Pencuri Motor di Bekasi Lepas Tembakan 3 Kali ke Udara, Polisi Pastikan Tidak Ada Korban

Pencuri Motor di Bekasi Lepas Tembakan 3 Kali ke Udara, Polisi Pastikan Tidak Ada Korban

Megapolitan
Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, Polisi Imbau Penonton Waspadai Copet dan Tiket Palsu

Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, Polisi Imbau Penonton Waspadai Copet dan Tiket Palsu

Megapolitan
Pencuri Motor di Bekasi Bawa Pistol, Lepaskan Tembakan 3 Kali

Pencuri Motor di Bekasi Bawa Pistol, Lepaskan Tembakan 3 Kali

Megapolitan
Teror Begal Bermodus 'Debt Collector', Nyawa Pria di Kali Sodong Melayang dan Motornya Hilang

Teror Begal Bermodus "Debt Collector", Nyawa Pria di Kali Sodong Melayang dan Motornya Hilang

Megapolitan
Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei

Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei

Megapolitan
Amankan 2 Konser K-Pop di GBK, Polisi Terjunkan 865 Personel

Amankan 2 Konser K-Pop di GBK, Polisi Terjunkan 865 Personel

Megapolitan
Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, MRT Jakarta Beroperasi hingga Pukul 01.00 WIB

Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, MRT Jakarta Beroperasi hingga Pukul 01.00 WIB

Megapolitan
Pastikan Masih Usut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel, Polisi: Ada Unsur Pidana

Pastikan Masih Usut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel, Polisi: Ada Unsur Pidana

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com