Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat Komentar Jelek dari Pembaca Berita, Emrus Bantah Dibayar DPRD DKI

Kompas.com - 26/03/2015, 16:45 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengeluhkan pandangan masyarakat setelah dia menyampaikan pendapatnya dalam rapat tim angket DPRD DKI Jakarta.

Emrus mengaku membaca pendapat masyarakat yang bernada menyudutkan dia dalam komentar-komentar di berita media online. "Tidak ada yang bisa membayar saya untuk menyuruh mengeluarkan pendapat tertentu," ujar Emrus di Gedung DPRD DKI, Kamis (26/3/2015).

Seperti diberitakan, Emrus merupakan salah satu pakar komunikasi politik yang dimintai pendapat oleh tim hak angket DPRD. Tim itu dibentuk untuk menyelidiki dugaan mala-administrasi dan etika Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Emrus mengatakan, ia menemukan ada pandangan yang menyebut dia dibayar oleh pihak tertentu untuk mengeluarkan pendapat yang menguntungkan pihak yang bayar. Salah satunya ialah ketika memenuhi panggilan tim angket DPRD DKI kali ini. [Baca: Pengamat Komunikasi Ini Anggap Ahok Otoriter]

Menurut Emrus, dia tidak pernah memihak ketika memberikan pendapat. Akan tetapi, jika terdengar memihak, hal tersebut merupakan pandangan murni dia melihat suatu masalah.

Emrus menambahkan, ada yang menyebut dia sebagai pengamat bayaran untuk hadir dalam seminar-seminar. "Memang saya dibayar, tetapi kan bayar honor, seperti uang bensin. Boleh dong? Tetapi, kalau dibayar untuk mengeluarkan pendapat tertentu, saya pikir tidak," ujar Emrus.

Sebelum rapat dimulai, Emrus juga mengingatkan bahwa ia hanya berkomentar soal gaya komunikasi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dari perspektif komunikasi politik. [Baca: DPRD Tepuk Tangan Satu Menit Kala Ahok Disebut Tak Pantas Jadi Gubernur]

Emrus menegaskan bahwa ia independen. Artinya, jika pendapatnya terdengar memihak, itu adalah hasil pendapat pribadinya sebagai akademisi. [Baca: Sejarah Jakarta Akan Mencatat Nama Ahok dan "Bahasa Toilet"-nya]

"Saya netral. Saya tidak berpihak kepada DPRD atau Gubernur. Saya independen. Independen artinya berani mengambil garis. Bisa saja garis saya lebih kepada Gubernur, bisa saja ke DPRD. Tetapi, yang saya ambil dari sudut akademik," ujar Emrus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com