Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taufik Anggap Pejabat DKI Tidak Paham Fungsi BUMD

Kompas.com - 27/12/2015, 20:26 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik menilai, para pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta banyak yang tidak mengerti fungsi badan usaha milik daerah (BUMD).

Sorotan ditujukannya kepada para pejabat yang masuk ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).

Menurut Taufik, saat penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) 2016 beberapa waktu lalu, banyak BUMD yang seharusnya berstatus penugasan justru diberi target untuk menghasilkan profit.

"Sesuai Undang-undang, badan usaha milik pemerintah itu kan ada yang penugasan, ada yang profit. Kalau penugasan harusnya elu (pejabat DKI) jangan nuntut profit," ujar dia saat ditemui di GOR Senen, Jakarta Pusat, Minggu (27/12/2015).

"Tapi yang gini-gini masa kemarin mesti gue juga yang ngejelasin. Harusnya kan eksekutif," kata dia mengacu pada rapat bersama dengan jajaran TAPD beberapa waktu lalu.

Taufik kemudian menyontohkan keberadaan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta). Menurut dia, PT Transjakarta adalah BUMD yang bersifat penugasan karena diminta untuk menyediakan sarana transportasi umum yang nyaman, aman, tapi murah.

Ia mengatakan, hal itulah yang kemudian membuat tiket PT Transjakarta harus disubsidi.

Menurut Taufik, tiket transjakarta saat ini idealnya adalah Rp 10.000. Namun, tiket kemudian disubsidi menjadi Rp 3.500 agar lebih terjangkau oleh warga.

"Karena disubsidi, ya enggak bisa untung. Masa elu udah ngasih subsidi terus elu nuntut dia juga harus untung," ujar Taufik.

Menurut Taufik, hal yang sama juga berlaku untuk PD Pasar Jaya. Ia mengatakan, seharusnya Pemprov DKI tidak menuntut PD Pasar Jaya mencari keuntungan dari penyewaan kios. Sebab, kata dia, pasar yang dikelola dan dibangun PD Pasar Jaya adalah pasar rakyat.

"Jadi jangan netepin harga sewa yang tinggi," kata dia.

Menurut Taufik, BUMD yang seharusnya dituntut untuk menghasilkan profit adalah PT Jakarta Propertindo dan PT Bank DKI. Sebab, kata dia, core bussiness kedua perusahaan tersebut memang mengharuskannya mendapatkan keuntungan.

"Awal tahun kasih dia PMP. Tapi harus untung. Ntar di akhir tahun dilihat," ujar Wakil Ketua Badan Anggaran ini.

APBD DKI 2016 sudah disahkan pada Rabu kemarin. Besarannnya mencapai Rp 66,3 triliun.

Ada enam BUMD yang sudah ditetapkan akan menerima penyertaaan modal pemerintah (PMP) pada tahun depan.

Keenam perusahaan itu adalah PT MRT Jakarta dengan Rp 2,28 triliun, PT Jakarta Propertindo dengan Rp 2,29 triliun, PD PAL Jaya dengan Rp 370 miliar, PT Bank DKI dengan Rp 500 triliun, PT Transportasi Jakarta dengan Rp 750 miliar, dan PD Pasar Jaya dengan Rp 450 miliar. Lalu PMP untuk PD Dharma Jaya sebesar Rp 50 miliar diputuskan dicabut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Strategi Unik Bima Arya untuk Pilkada Jabar 2024, Pasang Billboard Skincare 'Cerah' dan Janji Bagikan ke Warga

Strategi Unik Bima Arya untuk Pilkada Jabar 2024, Pasang Billboard Skincare "Cerah" dan Janji Bagikan ke Warga

Megapolitan
Kuasa Hukum Klaim Hasto dan Stafnya Dapat Ancaman dari KPK Setelah Lapor ke Bareskrim dan Komnas HAM

Kuasa Hukum Klaim Hasto dan Stafnya Dapat Ancaman dari KPK Setelah Lapor ke Bareskrim dan Komnas HAM

Megapolitan
Resahnya Warga Melawai dengan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman, Bikin Gaduh dan Kumuh

Resahnya Warga Melawai dengan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman, Bikin Gaduh dan Kumuh

Megapolitan
Puluhan Anak Berenang di Kali Keruh dan Banyak Ular, Petugas LMK: Takut Mereka Jadi Mangsa

Puluhan Anak Berenang di Kali Keruh dan Banyak Ular, Petugas LMK: Takut Mereka Jadi Mangsa

Megapolitan
Soal Peluang Maju di Pilkada Jabar, Walkot Depok: Tergantung PKS dan Keluarga

Soal Peluang Maju di Pilkada Jabar, Walkot Depok: Tergantung PKS dan Keluarga

Megapolitan
Empat Partai di Kota Bogor Deklarasikan Koalisi Bogor Maju untuk Pilkada 2024

Empat Partai di Kota Bogor Deklarasikan Koalisi Bogor Maju untuk Pilkada 2024

Megapolitan
LPSK Kaji Permintaan Perlindungan dari Staf Hasto Kristiyanto

LPSK Kaji Permintaan Perlindungan dari Staf Hasto Kristiyanto

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Pelaku yang Gelapkan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Masih Selidiki Pelaku yang Gelapkan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Kepanasan dan Kena Tetes Hujan, Ini Kisah Pasutri dari Desa Lauran yang Hidup di Rumah Seng

Kepanasan dan Kena Tetes Hujan, Ini Kisah Pasutri dari Desa Lauran yang Hidup di Rumah Seng

Megapolitan
Staf Hasto Mengaku Sempat Takut Dijadikan Tersangka Saat Digeledah KPK

Staf Hasto Mengaku Sempat Takut Dijadikan Tersangka Saat Digeledah KPK

Megapolitan
Muncul Baliho Dukungan Walkot Idris Jadi Cagub Jawa Barat

Muncul Baliho Dukungan Walkot Idris Jadi Cagub Jawa Barat

Megapolitan
WNI di Kamboja Otak Penipuan Modus “Like” dan “Subscribe” Gunakan 15 Rekening Bank Indonesia

WNI di Kamboja Otak Penipuan Modus “Like” dan “Subscribe” Gunakan 15 Rekening Bank Indonesia

Megapolitan
600 Warga Bisa Terdampak Pemadaman Listrik Akibat Pencurian Kabel PLN di Tambora

600 Warga Bisa Terdampak Pemadaman Listrik Akibat Pencurian Kabel PLN di Tambora

Megapolitan
Kakak Beradik di Bogor Gunakan Akun Palsu untuk Rekrut Selebgram Promosi Judi Online

Kakak Beradik di Bogor Gunakan Akun Palsu untuk Rekrut Selebgram Promosi Judi Online

Megapolitan
PLN Merugi Rp 25 Juta karena Pencurian Kabel Listrik di Tambora

PLN Merugi Rp 25 Juta karena Pencurian Kabel Listrik di Tambora

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com