JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta meragukan kinerja pengawasan dan pengendalian kualitas udara oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Keraguan itu disampaikan oleh anggota Komisi D Fraksi PSI Justin Adrian. Sebab, kualitas udara di wilayah DKI Jakarta saat ini justru mengalami pemburukan.
"Melihat yang terjadi saat ini, saya menyangsikan pengawasan dan penindakan dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta," ujar Justin saat dikonfirmasi, Selasa (13/6/2023).
Menurut Justin, kondisi ini diperparah dengan lemahnya penindakan terhadap aktivitas industri di Jakarta yang menghasilkan polusi dan limbah.
Baca juga: Data IQAir: Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Peringkat Ketiga Terburuk di Dunia
Padahal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memiliki anggaran untuk melakukan pengawasan dan penindakan, agar pengendalian kualitas udara berjalan maksimal.
"Dinas Lingkungan Hidup punya anggaran untuk melakukan pengawasan yang sangsi pelaksanaannya. Karena apa? Ini penindakan berapa banyak? Masih sebatas teguran atau gimana?" kata Justin.
Berdasarkan data hasil pemantauan IQAIr, Provinsi DKI Jakarta berada di urutan kelima sebagai wilayah dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyampaikan, memburuknya kualitas udara di Jakarta beberapa waktu belakangan dipengaruhi oleh musim kemarau.
Baca juga: Buruknya Kualitas Udara Jakarta dan Kelakar Pj Gubernur Hendak Tiup Polusi dari Kawasan Industri
Sub-Koordinator Kelompok Pemantauan Lingkungan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Rahmawati menjelaskan, musim kemarau membuat konsentrasi polutan di wilayah Jakarta meningkat.
"Secara periodik, kualitas udara di Jakarta akan mengalami peningkatan konsentrasi polutan udara ketika memasuki musim kemarau, yaitu bulan Mei hingga Agustus," ujar Rahmawati.
Rahmawati memaparkan, peningkatan konsentrasi polutan di Jakarta sudah terlihat sejak April 2023. Kala itu, rata-rata bulanan konsentrasi PM 2,5 sebesar 29,75 mikrogram per kubik.
Angka ini kemudian naik hampir dua kali lipat menjadi 50,21 mikrogram per kubik pada Mei 2023. Namun, konsentrasi polutan akan berangsur-angsur menurun setelah melewati musim kemarau.
"Akan menurun saat memasuki musim penghujan bulan September-Desember. Hal tersebut terlihat dari tren konsentrasi PM 2,5 tahun 2019 sampai 2023," kata Rahmawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.