Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Asmara AG dan NA yang Berujung Pembunuhan Sadis

Kompas.com - 22/04/2016, 07:54 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

Kompas TV Pelaku Mutilasi Ajak Krisna Murti Foto Bareng

Mereka menjalin hubungan hingga akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan di Cikupa. Kepada NA, AG mengaku belum menikah, sedangkan NA mengakui dirinya berstatus janda dengan dua anak.

Herry menjelaskan, setelah menetap bersama di rumah kontrakan tersebut, mereka sering berhubungan badan dan akhirnya NA hamil. Akhirnya, NA mengetahui jika AG ternyata telah beristri.

Hal itu yang menyulut cekcok di antara keduanya. Selain itu, menurut Herry, sekitar 3 April 2016, mulai sering terjadi percekcokan antara NA dengan AG. Percekcokan tersebut selain karena NA mengetahui AG sudah beristri, NA juga sering marah-marah lantaran masalah ekonomi, meminta dinikahi, serta karena AG sering telat pulang ke rumah.

Lalu pada Minggu (10/4/2016) pagi, AG dan NA kembali cekcok. NA sempat mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat AG tersinggung dan khilaf.

"Karena merasa tidak dihargai, AG khilaf langsung membanting dan memiting NA dengan sangat kuat. 30 menit kemudian, AG melepaskan piting dan disadari bahwa korban sudah tidak bernapas," ujar Hery.

Setelah membunuh NA, AG panik dan memutar otak bagaimana cara agar tindakannya tersebut tidak diketahui orang. Akhirnya, tebersit dalam benak AG niat untuk menghilangkan jejak perbuatannya dengan memutilasi menggynajan sebilah golok yang berada di bawah TV.

"AG memutilasi dengan memotong tangan kanan dari lengan bahu, kemudian memotong tangan kiri," ucap Herry.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, AG tidak memperlihatkan wajah penyesalan saat ditangkap polisi. Meskipun demikian, Krishna memastikan AG tidak mengalami gangguan kejiwaan.

"Sampai saat ini, saya belum melihat wajah-wajah penyesalan dari yang bersangkutan (AG)," ujar Krishna di Mapolda Metro Jaya, Kamis (21/4/2016).

Krishna pun menuturkan, AG saat masa pelariannya ke Surabaya sempat menemui kekasihnya yang berada di daerah tersebut. AG juga diketahui pernah sempat bekerja pada tahun 2014 lalu di rumah makan tempat ia ditangkap.

"Dia pernah bekerja di Surabaya dan dia mendatangi pacarnya lagi yang di Surabaya. Jadi dia ini pacarnya banyak." kata Krishna.

Padahal dari penelusuran polisi, diketahui AG sudah berkeluarga dan dianugerahi seorang anak dari istri sahnya yang ada di Bogor, Jawa Barat. Tidak ada perlawanan ketika AG diringkus.

Saat ini AG telah berada di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani proses pemeriksaan lebih lebih. Sementara itu polisi pun masih mencari potongan kaki korban yang dibuang di sebuah sungai di Cikupa dan hingga kini belum ditemukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com