Meski demikian, Beka dan teman-temannya tetap harus menampung aduan itu. Kemudian, aduannya diperiksa dan ditindaklanjuti kembali.
Beka dan teman-temannya juga sering dibohongi. Setelah menghadapi banyak orang selama dua tahun terakhir, insting Beka mengenali mereka yang berbohong jadi terasah.
"Ada lho yang dia datang ke sini naik kursi roda, bilangnya datang sendirian. Padahal, ternyata dia ada yang antar jemput di luar sana," kata Beka.
Ada juga warga yang meminta bantuan dan meyakinkan Beka bahwa dia adalah warga DKI. Padahal, setelah diperiksa, ternyata warga itu berdomisili di Tangerang.
"Jadi, sekarang insting sudah mulai main. Paham kita dari cara dia berbicara kalau memang pura-pura ya," ujar Beka.
Para pemburu rusun
Ada juga cerita tentang para pemburu rusun. PNS lainnya, Hizbullah, bercerita banyak sekali warga yang datang untuk meminta rusun.
Dengan harapan, setelah datang ke Balai Kota, mereka bisa langsung mendapatkannya.
Baca juga: Hari Pertama Dibuka, Sudah Puluhan Warga Mengadu Permasalahan Ibu Kota ke Kecamatan
"Padahal, mereka harus kami data dalam database kita dulu sebagai waiting list. Sementara ada ribuan orang yang masuk waiting list itu. Dia maunya dapat rusun langsung, padahal banyak orang yang antre rusun juga," kata Hizbullah.
Ada orang yang bersikeras mencoba dengan memasang wajah memelas kepada Hizbullah. Ada juga yang menangis dan meratap agar bisa segera menempati rusun.
Hizbullah hanya bisa menghadapinya saja. Sebab, warga memang tidak bisa langsung dapat rusun seperti itu. Kecuali dia adalah warga yang terdampak relokasi.
Ada juga warga yang sudah punya rusun datang lagi ke Balai Kota untuk meminta rusun. Alasannya, rusun itu untuk saudaranya yang lain.
Seni mendengar
Beka mengatakan semua aduan yang masuk, seaneh atau sesulit apa pun, harus ditampung dan diperiksa. Pemprov DKI berkewajiban untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalahnya semaksimal mungkin.
Baca juga: Kepada Anies, Warga Mengadu Ijazah Anaknya Ditahan Pihak Sekolah
Pengalaman-pengalaman dalam menghadapi orang pun disimpan sebagai pelajaran saja.
"Di sini ada seninya, seni belajar kayak orang kuliah pagi. Pagi-pagi kami dengarkan orang dengan segala macam masalah. Kami juga jadi belajar sabar," ujar Beka.
Sebab, sejatinya, aparatur sipil negara memang harus melayani masyarakat. Pahit manisnya sikap warga saat mengadu harus dihadapi dengan sikap tenang.
"Kita hanya perlu mendengarkan, dengarkan apa pun masalah-masalah mereka," ujar dia.
Beka, Hizbullah, Laurencus, merasa senang jika aduan warga bisa ditindaklanjuti dengan baik. Apalagi, sampai akhirnya masalah warga tersebut benar-benar selesai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.