Petugas sudah memasang dua jaring pengaman di Grogol dengan jarak antar jaring sejauh 200 meter. Tujuannya, supaya buaya-buaya itu tidak berkeliaran. Namun, tiga buaya Grogol itu tak kunjung ditemukan.
Padahal, petugas gabungan KLHK dan Pemadam Kebakaran DKI Jakarta meyakini, 3 buaya Grogol masih berada di sekitar Jembatan Stasiun Grogol.
Buaya bisa berada di dasar sungai keruh sekalipun selama 4 hari dan hanya perlu sesekali muncul ke permukaan untuk menukar oksigen lebih banyak di tubuhnya atau berjemur di bawah matahari.
Bukan pemangsa manusia, tapi…
Buaya sesungguhnya bukan pemangsa manusia. Jika bertemu dengan manusia, justru buaya kabur. Begitu pula dengan reptil lain seperti biawak.
Namun jika dirinya terancam, buaya bisa menyerang. Ia akan menggigit siapa pun yang dianggapnya sebagai ancaman termasuk manusia dan membawa korbannya ke dasar perairan.
Jadi, korban buaya akan tewas karena tidak bisa bernapas dalam air, bukan karena dimangsa buaya seperti halnya ular piton.
Beberapa kejadian di daerah menunjukkan perilaku ini, seperti yang pernah viral di Berau, Kalimantan Timur, tahun lalu.
Seseorang hilang dan baru ditemukan beberapa hari kemudian setelah jasadnya diantar buaya yang diduga membunuhnya ke daratan. Orang tersebut tewas tanpa luka cabikan binatang buas sedikit pun.
Secara eksklusif, saya bersama dengan petugas dari KLHK dan Pemadam Kebakaran DKI Jakarta turun di Jembatan Grogol menggunakan perahu karet.
Hal yang membuat adrenalin saya naik adalah saat Petugas mengatakan, “Jika nanti bertemu dengan buaya, jangan panik, percayakan pada kami. Karena jika Anda panik, justru akan membuat buaya merasa terancam dan bisa menyerang!”
Wow!
“Saya berdoa dan saya ikuti arahan Anda sebagai ahli!” jawab saya.
Meski begitu, saya sama sekali enggan untuk membayangkan hal itu terjadi. Penelusuran saya di Kali Grogol akan tayang dalam program AIMAN, Senin (2/7/2018) pukul 20.00 di Kompas TV.
Punah sejak 1920