Pihak kepolisian menyatakan, Iyan datang ke Lapangan Banteng pukul 21.30 atau Jumat malam.
Petugas pengamanan dalam Lapangan Banteng dan pihak event organizer kegiatan Flona 2018 di kawasan itu mengamankan Iyan pukul 22.00 karena gelagat mencurigakan.
Iyan dibawa ke pos pamdal dan diperiksa. Di kantong Iyan ditemukan uang Rp 5,4 juta. Iyan dipukuli agar mengaku.
Selain dipukuli, Iyan juga ditodong dengan airsoft gun yang dibawa salah satu EO. Sabtu (18/8/2018) pukul 03.00 WIB, Iyan dibawa keluar pos.
Tangannya diborgol di sebuah kursi. Pukul 10.00 Iyan dibawa oleh petugas Dinas Sosial ke panti.
Trauma
Penginayaan yang terjadi terhadap Iyan membuat pemuda ini takut bertemu banyak orang.
Sari mengatakan, saat menjemput Iyan di panti, adiknya sempat tak mau keluar. Setelah melihat kakaknya, barulah Iyan berani keluar dari sebuah ruangan dan langsung memeluk Sari.
Begitu juga saat Sari membawa pulang Iyan mengendarai taksi online. Iyan takut dan enggan untuk masuk ke dalam mobil.
Setelah dibujuk, akhirnya Iyan mau untuk masuk. Tetapi, masih tampak keragu-raguan Iyan masuk ke dalam mobil.
Sari mengatakan, apa yang terjadi terhadap Iyan karena trauma diperlakukan tidak manusiawi oleh petugas pengamanan dalam Lapangan Banteng serta sejumlah pihak lain yang menganiaya Iyan.
Lapor polisi
Ayah Iyan, TB Herman Wijaya tak terima anaknya dianiaya. Herman merasa geram atas tindakan orang-orang yang melakukan itu terhadap anaknya.
Herman heran anaknya itu dituduh maling. Selama ini, dia menyebut Iyan adalah pribadi yang baik.
Baca juga: Keluarga Geram Mengetahui Iyan Dianiaya dengan Keji di Lapangan Banteng
Iyan memang kerap berjalan-jalan sendiri tanpa pengawasan. Namun, tidak pernah ada masalah yang ditimbulkan.