Karena warga tidak mau pindah ke rusun lain, kata Meli, unit pengelola rumah susun (UPRS) di Muara Baru hanya merelokasi warga ke unit hunian di lantai atas apabila ada unit yang kosong.
"Kalau ada unit di atasnya itu yang terkena penertiban, yang dikosongkan, itu diprioritaskan untuk ditempatkan. Jadi, secara berkala setiap ada 1 unit, 2 unit, itu langsung ditempatkan di atasnya," ujar dia.
Jurita, warga Lantai Dasar Blok 7 Rusun Muara Baru, mengatakan, unit yang dihuninya hanya berukuran kira-kira 2 x 5 meter. Luas itu hanya separuh dari luas unit-unit rusun yang berada di lantai atasnya.
"Ini ibaratnya satu unit dijadikan dua unit. Kalau dibandingkan yang di atas sih, ini ukurannya cuma setengahnya," kata Jurita.
Warga lain bernama Kasiro bercerita, dia sampai membangun kamar mandi berukuran kecil di unitnya untuk keperluan buang air kecil. Sebab, tempat tinggalnya itu tidak memiliki kamar kecil.
Untuk keperluan buang air besar, mandi, dan cuci pakaian, ibu rumah tangga itu mesti menggunakan WC umum yang berada di luar bangunan rusun.
"Saya kalau mau buang air harus lari dulu ke WC umum yang ada di kebun. Kalau di atas kan enak sudah komplit kamar mandinya," ujar dia.
Lima bilik kamar mandi sebenarnya sudah disiapkan di lantai dasar rusun bagi para penghuni, namun penggunanya mesti membayar tagihan airnya sendiri-sendiri.
Selama tinggal di lantai dasar, warga mengaku tidak dibebankan biaya listrik dan sewa. Mereka hanya perlu menanggung biaya kebutuhan air masing-masing.
6. Kali Bangleo diuruk warga
Anggota Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta Syarifuddin mengatakan, Kali Bangleo di Kali Baru, Cilincing, mengalami penyempitan akibat diuruk warga. Dia menyebut, lebar Kali Bangleo yang semula 6 meter, kini tersisa 1 meter.
"Kali Bangleo yang ada di Kali Baru itu sudah tiga tahun berturut-turut karena lebarnya 6 meter, sekarang jadi 1 meter, diuruk warga," ujar Syarifuddin, Jumat.
Akibat penyempitan kali itu, kata Syarifuddin, tiga RW di Kali Baru jadi wilayah langganan banjir. Syarifuddin meminta Kali Bangleo dinormalisasi.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Rodia Renaningrum menanggapi dengan mengatakan, perlu koordinasi dengan perangkat wilayah untuk melakukan normalisasi. Soalnya Kali Bangleo diokupasi warga.
"Ketika kali sudah diokupasi oleh warga, barangkali nanti kami perlu kerja sama dengan perangkat wilayah. Kami akan masuk ketika posisi di masing-masing kali yang awalnya 6 meter menjadi 1 meter sudah clear dari warga, kami pasti masuk," ucap Rodia.
Warga sekitar kali juga mengeluhkan lebar Kali Bangleo yang menyempit.
"Sudah jelas pengaruhnya banjirlah, kan air lari ke sini dan di sana sempit kan, otomatis jadi banjir," kata Muhammad Ali, warga yang tinggal di sekitar tepi Kali Bangleo.
Lebar Kali Bangleo bervariasi, ada yang mencapai lima meter, tetapi ada juga yang menyempit hingga satu meter.
Penyempitan itu umumnya terjadi karena bangunan-bangunan yang berdiri di tepian sungai.
Selain sempit, kali itu juga terlihat dipenuhi sampah-sampah plastik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.