"Banyak yang sudah daftar di hari pertama ikutan teman-temannya, eh besoknya datang lagi minta pindah jalur daftar. Mana bisa begitu," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya memilih tetap melayani para calon pendaftar untuk menghargai usaha mereka yang sudah menyempatkan waktu untuk mengurus PPDB.
"Kami itu tetap buka pendaftaran sampai pukul 22.00 WIB semua pokoknya kami layani. Ini kami lakukan selama seminggu," ujarnya.
Bahkan, ia mengaku beberapa orang timnya ada yang menginap untuk persiapan menyambut orangtua.
"Hari kedua tetap banyak orang, untungnya kita sudah lakukan persiapan lebih matang. Mulai dari bekerja sama dengan pihak kepolisian, buat tenda, hingga meja pendaftaran di lapangan," ujarnya.
Menurut Rosalina, hal itu terjadi lantaran masih rendahnya literasi warga. Ia mengatakan, sosialisasi sudah digencarkan tetapi ada warga yang enggan membaca petunjuk dan teknis yang telah diedarkannya itu.
Ia mengatakan, masyarakat lebih suka membaca broadcast dari grup whatsapp yang malah menjerumuskan para orang tua.
"Jadi ada info hoaks kalau yang paling duluan itu, dia yang diterima. Karena banyaknya masyarakat yang begini nih, semua ramai jadi kesini," ujarnya.
Rosalina berharap, setiap permasalahan yang ada di PPDB tahun 2019 khususnya masalah kuota zonasi bisa menjadi bahan evuasi pemerintah.
"Ya mungkin ada beberapa kendala di lapangan. Tapi saya yakin sih itu akan jadi bahan evaluasi untuk kedepannya, apa yang perlu direvisi oleh pemerintah," tuturnya.
Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) tingkat SMA dan SMK Negeri se Jawa Barat dibuka Senin (17/6/2019). Pada hari pertama pendaftaran, kepadatan terjadi di beberapa SMA negeri di Depok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.