BEKASI, KOMPAS.com – Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi alias Pepen berjalan kaki sepanjang 8 kilometer di atas tanggul Kali Bekasi, Senin (6/1/2020) kemarin. Rahmat didampingi sejumlah pejabat Pemerintah Kota Bekasi.
Ia hendak mengecek keadaan tanggul Kali Bekasi setelah diterjang banjir pada Rabu pekan lalu.
Rahmat menyusuri tepian Kali Bekasi itu selama 6 jam, dimulai dari wilayah Bekasi Selatan dan berakhir di aliran Kali Cikeas di perbatasan Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor di wilayah Jatiasih.
Baca juga: Wali Kota Bekasi Jalan Kaki 8 KM Sisir Tanggul Kali Bekasi Setelah Banjir
Kompas.com ikut berjalan kaki bersama Rahmat. Ia memilih berjalan di atas tanggul yang lebarnya tak sampai 1 meter. Kadang, Rahmat turun ke perumahan warga yang masih penuh lumpur sungai.
Beberapa kali, para pejabat yang mendampinginya tampak kewalahan karena harus berjingkat ekstra hati-hati menggunakan sepatu bot yang licin berlumuran lumpur.
Rahmat sudah ada di titik bekas tanggul Kali Bekasi di Perumahan Pondok Mitra Lestari ketika ditemui Kompas.com, Senin siang. Tanggul tersebut jebol sepanjang 30 meter, tepat di kelokan Kali Bekasi.
Ia berulang kali meminta jajarannya berpikir ekstra keras untuk mengatasi persoalan itu, ditambah dengan masalah sampah yang menghantui perumahan warga.
Fahmi Arlan, pengawas wilayah Kali Bekasi, Sungai Cileungsi, dan Sungai Cikeas dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan akan segera mengatasi masalah itu dengan solusi jangka pendek.
"Kami tanggul sementara pakai bronjong, pakai karung pasir, supaya ketika datang air, dia akan tertahan. Kalau kami pakai konstruksi permanen butuh waktu lama, tidak secepat itu," kata Fahmi kepada wartawan, Senin sore.
"Kurang lebih butuh 200-300 bronjong di sini," imbuhnya.
Fahmi mengatakan, solusi jangka pendek itu sangat mendesak karena berdasarkan prakiraan BMKG, tanggal 11-15 Januari ini, curah hujan esktrem bakal kembali melanda Jabodetabek.
Sebelum menginjakkan kaki di Pondok Mitra Lestari, Rahmat terlebih dulu mengecek Perumahan Depnaker. Di sana ia juga memeriksa keadaan tanggul.
Selanjutnya, Rahmat bergerak menuju ke selatan, ke arah Kecamatan Jatiasih.
Total, lima perumahan ia lintasi: Perumahan Depnaker, Pondok Mitra Lestari, Jakakencana, Kemang IFI, perumahan Angkatan Laut, dan berakhir di Pondok Gede Permai yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Kondisi perumahan-perumahan di tepi tanggul Kali Bekasi itu masih dalam keadaan kacau. Sebagian lumpur tak bisa lagi terdorong ke selokan karena selokannya sudah tersumbat.
Baca juga: 89 Titik Tanggul Rusak akibat diterjang Kali Bekasi
Beberapa warga mendesak Rahmat agar Pemerintah Kota Bekasi bergerak lebih cepat menanggulangi dampak banjir di rumah-rumah mereka.
“Kapan, Pak?” tanya salah satu warga Kemang Ifi ketika Rahmat janji akan mengerahkan truk sampah ke perumahan mereka.
“Maaf, nih, Pak, saya agak maksa,” kata salah satu warga Kemang Ifi lain.
“Bagaimana, ini, Pak? Sudah hancur-hancuran ini kita,” ujar seorang warga Komplek Perumahan Angkatan Laut ketika ditemui Rahmat.
Tak semua perumahan di tepi tanggul itu sudah teraliri air bersih. Sejumlah warga tampak seperti kehabisan akal buat mencuci perabotan mereka yang semuanya terselimuti lumpur.
Bau anyir pun sesekali tercium. Entah dari mana sumber bau tersebut, mungkin campuran aroma bangkai dan bau sampah yang teronggok tak terangkut.
“Ini sudah enggak sehat udaranya,” kata Rahmat di sela-sela perjalanan.
Ia memutuskan, Pemerintah Kota Bekasi akan menyewa lebih dari 60 truk untuk mengangkut sampah-sampah yang masih mengendap di perumahan warga. Ia mengklaim bakal menyewa belasan alat berat guna mengeruk lumpur di perumahan.
Setelah berjalan kaki 8 kilometer itu, Rahmat menilai bahwa tanggul Kali Bekasi harus direvitalisasi dengan melihat pengalaman banjir pada Rabu lalu.
Air Kali Bekasi yang debitnya mendadak membeludak itu sanggup melampaui tanggul yang sebetulnya sudah tinggi.
"Hasil pengamatan ya itu, kami butuh penguatan terhadap beberapa titik tanggul, lalu peninggian tanggul, terutama adalah elevasinya yang berkenaan dengan limpasan air," kata Rahmat.
"Dari Perumahan Depnaker sampai ke Jakakencana rata-rata airnya melimpasi tanggul. Kemudian di Pondok Mitra Lestari sampai Perumahan Kemang Ifi, rata-rata air itu lebih 30 cm di atas level tanggul," ujar Rahmat.
"Terus di komplek Angkatan Laut memang di ujung ada rumah yang menggunakan garis sempadan sungai. Itu yang harus dibongkar, karena rata-rata limpasan airnya 1 meter di atas tanggul," imbuhnya.
Selain mempertinggi tanggul Kali Bekasi, Rahmat menyampaikan bahwa sejumlah titik tanggul sepanjang 8 kilometer itu harus diperkuat.
Pasalnya, ada beberapa wilayah perumahan yang terdampak banjir gara-gara tanggul tersebut jebol dan bolong di bagian tengah ke bawah.
"Seperti di Pondok Gede Permai itu rata-rata tanggul sudah bagus, cuma butuh bronjong dan penguatan. Harus ada sheet pile yang 20 meter," kata dia.
Rahmat melanjutkan, pengerjaan revitalisasi tanggul akan dibarengi dengan program normalisasi Kali Bekasi yang dananya bakal dikucurkan Kementerian PUPR. Tak tanggung-tanggung, dana program normalisasi itu disebut mencapai Rp 4 triliun.
Nantinya, normalisasi Kali Bekasi dikerjakan bukan hanya di wilayah Kota Bekasi tetapi terus hingga ke laut di wilayah Kabupaten Bekasi.
Baca juga: Hasil Penelusuran, Wali Kota Bekasi Sebut Tanggul Kali Bekasi Harus Ditinggikan
"Ini kewenangan BBWSCC Kementerian PUPR. Kewenangan maksudnya berkaitan dengan anggaran dan hal-hal lain. Kamis pagi lalu Pak Basuki (Menteri PUPR) menelepon," ujar Rahmat.
"Prinsipnya, Pak Menteri menelepon saya bilang, sekitar Rp 4 triliun dari APBN untuk Kali Bekasi, dari Kota Bekasi terus sampai ke Kabupaten Bekasi," ujar dia.
Dalam komunikasi itu, sambung Rahmat, dia diminta untuk mendesain bersama-sama rancangan normalisasi Kali Bekasi bersama Kepala BBWSCC, Bambang Hidayah.
Rahmat berharap, Kali Bekasi bisa diperdalam dan diperlebar. Sebab, Kali Bekasi belum pernah dikeruk sejak tahun 1976.
"Minimal jika disedot (dikeruk) itu air (Kali Bekasi) bisa jadi (berkedalaman) 10 meter, maka aman kita untuk 10, 20, sampai 30 tahun ke depan," kata Rahmat.
"Terakhir disedot itu pas saya masih 11 tahun, tahun 1976. Setelah itu enggak pernah ada penyedotan atau revitalisasi atau apa," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.