Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jungkir Balik Camat Tangani Lonjakan Covid-19 di Pademangan, Pusing Hadapi Warga yang Menolak Dites...

Kompas.com - 19/05/2020, 07:45 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecamatan Pademangan merupakan salah satu dari zona merah Covid-19 di DKI Jakarta.

Jumlah pasien positifnya pun terbilang sangat tinggi, yakni mencapai 150 pasien, ditambah 72 orang lainnya yang masih harus menunggu hasil dari swab test.

Angka tersebut membuat aparat di Kecamatan harus ekstraketat dalam mengawasi warga agar yang terinfeksi virus corona tak semakin bertambah.

Camat Pademangan Mumu Mujtahid kemudian menceritakan bagaimana awal dari penyebaran Covid-19 di wilayahnya.

Baca juga: Kecamatan Pademangan Catat 150 Kasus Positif Covid-19 Per Hari Ini

Klaster pertama Covid-19 di Pademangan bermula dari seorang warga RW 011 Pademangan Barat yang merupakan jemaah tablig akbar dan baru pulang dari salah satu negara terjangkit, yakni India.

Ketika pulang, warga tersebut tidak menjalankan protokol kesehatan sebagaimana mestinya warga yang baru pulang dari negara terjangkit.

"Yang bersangkutan ini beraktivitas enggak sesuai protokol kesehatan Covid-19. Artinya, masih beraktivitas di masjid, masih ke mana-mana berinteraksi dengan warga lain," kata Mumu kepada Kompas.com, Senin (19/5/2020) malam.

Waktu itu, belum diketahui bahwa warga tersebut terinfeksi virus corona. Sampai suatu ketika, ia menjenguk kakaknya yang berada di rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Mulai dari situ, aparat dari Kecamatan Pademangan bersama dengan puskesmas melakukan tracing penyebaran virus.

Baca juga: Ini Dua Faktor yang Membuat Kasus Covid-19 di Sunter Agung Tertinggi di Jakarta

Dari hasil tracing di RW 011 tersebut, ternyata sudah cukup banyak warga yang tertular.

Melihat fakta tersebut, pada tanggal 6 April 2020 semua perangkat Kecamatan Pademangan kemudian sepakat melakukan rapid test massal di wilayah mereka.

Namun, upaya tersebut nyatanya tak mendapat sambutan baik di tengah masyarakat. Pada hari pertama penyelenggaraan rapid test massal, hanya 14 orang yang bersedia diperiksa.

"Kan banyak juga yang enggak mau di-rapid test, mereka takut dikucilkan atau apalah. Kemudian saya bilang enggak apa-apa, tapi bikin surat pernyataan kalau sakit tidak perlu diurus pemerintah. Akhirnya enggak ada yang berani," ucap Mumu.

Akhirnya, warga mulai bersedia mengikut rapid test yang rutin dilaksanakan setiap hari hingga saat ini.

Mumu mengatakan, hal itu mereka lakukan karena akan jauh lebih mudah menangani pasien positif yang masih tanpa gejala ketimbang baru ketahuan sudah sakit-sakitan.

Baca juga: Puluhan WNA Jemaah Tabligh Akbar Positif Bikin Kasus Covid-19 di Sunter Agung Melonjak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Megapolitan
Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com