Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Komitmen Gereja di Depok atas Pengurusnya yang Cabuli Anak-anak

Kompas.com - 17/06/2020, 07:21 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Polisi meringkus SPM (42), seorang pengurus salah satu gereja di bilangan Pancoranmas, Depok, Jawa Barat, Minggu (14/5/2020).

Ia diduga mencabuli sejumlah anak-anak yang aktif berpartisipasi di bawah dirinya sebagai pembina salah satu kegiatan gereja sejak awal tahun 2000-an.

Baca juga: Kasus Pencabulan Anak oleh Pengurus Gereja di Depok: Korban Diancam jika Tak Nurut

Meski kejadian ini berpotensi mencoreng citra, pihak gereja menyatakan bakal terbuka terhadap pengungkapan kasus ini.

Komitmen tersebut disampaikan langsung oleh Pastor Paroki Gereja Yosep Sirilus Natet.

Kepada Kompas.com, Natet menyampaikan ragam komitmennya untuk mengusut kasus ini hingga tuntas:

1. Tak akan tutupi apa pun

"Apa pun yang sekarang kita hadapi harus kita berikan informasi yang dibutuhkan," jelas Natet.

"Kita tetap akan memberikan informasi. Gereja akan membongkar sesuatu yang tidak benar yang terjadi di dalam gereja, dan juga gereja ingin mengupayakan agar hal-hal yang benar tetap bisa diwujudkan," jelas dia.

Mengenai komitmen untuk terbuka dan mengakui kasus ini juga diakui oleh salah satu advokat yang tergabung dalam tim investigasi internal gereja, Azas Tigor Nainggolan.

Baca juga: Pihak Gereja di Depok Komitmen Ungkap Tuntas Kasus Pencabulan Anak oleh Pengurusnya

"Ini memang concern pengurus, mau membongkar kasus ini, dan mau menolong korban, menegakkan hukum dalam kasus ini, dan siap untuk membantu. Ini concern gereja," ujar Tigor kepada Kompas.com, Senin (15/6/2020).

"Romo Natet ini mendukung (kerja investigasi untuk) melindungi korban. Kami melihat ada komitmen teman-teman pengurus gereja, mau membongkar kasis ini untuk melindungi para korban. Bisa terjadi ada laporan (ke polisi) karena ada dukungan dari mereka," jelas dia.

2. Kerahkan tim investigasi internal

Awal kasus ini terkuak justru bukan berawal dari penciuman polisi, melainkan internal gereja sendiri, yakni pada Maret 2020 lalu.

"Sekitar bulan Maret, pengurus-pengurus pada curiga, alumni-alumni misdinar (subseksi kegiatan yang dibina SPM) juga curiga karena perilakunya pelaku," kata Tigor.

"Dia suka pangku pangku, suka peluk peluk. Ini cerita dari teman-teman. Akhirnya mereka mencoba mendalami apa yang mereka lihat, melalui orangtua para misdinar dan teman-teman alumni misdinar," jelas dia.

Baca juga: Begini Awal Kasus Pencabulan Anak oleh Pengurus Gereja di Depok Terungkap

Pihak gereja akhirnya membentuk tim investigasi internal yang terdiri dari pengurus-pengurus lain.

Mereka mendatangi Natet untuk meminta pandangan, karena bagaimana pun kasus pencabulan ini menjerat seorang pejabat senior gereja.

Natet menyampaikan bahwa gereja harus berbesar hati mengakui ada borok dalam internal mereka yang harus diselesaikan secara hukum.

Terlebih, kasus ini menyangkut anak-anak yang akhirnya menderita trauma akibat pencabulan oleh SPM.

"Saya katakan, kalau gereja punya semacam kehendak untuk mengungkap segala yang menjadi borok atau keburukan yang terjadi, kenapa tidak?" ujar Natet.

"Kalau ini memang sesuatu yang terjadi di dalam gereja, korbannya umat saya, pelaku juga umat saya, kita harus tetap menegakkan keadilan ... bahwa apa yang terjadi adalah pelanggaran," ungkap dia.

3. Temukan sebanyak mungkin korban dan mendampingi mereka

Natet menjamin bahwa pihak gereja akan selalu mendampingi anak-anak maupun keluarga mereka imbas kasus pencabulan yang dilakukan oleh SPM.

Natet berujar, pendampingan serta rehabilitasi tidak hanya akan menyasar anak-anak yang menjadi korban pencabulan oleh SPM, melainkan juga orangtua mereka yang dilanda syok.

"Kepada orangtua korban juga kami terus berkomunikasi dan kami upayakan pendampingan mereka," ujar Natet.

Baca juga: Pengurusnya Lakukan Pencabulan, Gereja di Depok Janji Bantu Pulihkan Trauma Para Korban

"Ini agar mereka merasa tidak sendirian, tetapi hadir bersama dengan kita, bahwa ini sesuatu yang salah dan sudah mereka perjuangkan dengan benar," tambah dia.

"Mereka pejuang buat gereja utk membongkar ini semua."

Di samping mendampingi para korban, Natet berjanji tak akan surut mengerahkan tim investigasi internal gereja untuk terus mencari tahu, apakah ada anak-anak lain yang juga pernah menjadi korban pencabulan oleh SPM.

Sebab, sekira 11 anak-anak yang hingga hari ini sudah mengaku bahwa dirinya pernah jadi korban pencabulan, berawal dari pengakuan salah 1 anak yang diikuti oleh pengakuan berikutnya.

"Kepada orang tua orang tua lainnya kami juga akan upayakan untuk bisa semacam rapid test. Kami akan mengundang mereka dan meminta mereka bertanya kepada anak-anak mereka yang terlibat dalam kegiatan ini, apakah mereka sudah pernah mengalami hal-hal yang tidak pantas," ungkap Natet.

4. Momentum berbenah

"Ini menjadi sebuah cermin bagi gereja untuk tetap berbenah di dalam. Gereja berani bersikap dan berani mengakui kesalahannya, kalau memang ini menjadi bagian dalam dirinya. Ini juga menjadi bagian dalam mengupayakan sesuatu agar gereja semakin baik lagi," ungkap Natet lagi.

Ia baru tiga bulan menjabat sebagai pastor paroki di Gereja Santo Herkulanus Depok. Sementara itu, SPM sudah malang-melintang di internal gereja itu sejak awal 2000-an.

Dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh SPM, ia kemudian diangkat oleh Natet sebagai kepala di salah satu seksi internal gereja.

Kala itu, Natet yang notabene "orang baru" maupun pengurus-pengurus lain belum mendengar dugaan pencabulan oleh SPM terhadap anak-anak.

Baca juga: Munculnya Kasus Pencabulan Anak Jadi Momentum Berbenah Diri bagi Gereja Herkulanus Depok

"Saya pikir dia usianya sudah cukup dan memadai untuk menjadi pengurus yang punya tanggung jawab lebih besar, daripada sekadar pendamping di subseksi, saya naikkan," kata Natet.

Imbas kasus ini terkuak, ia menyadari bahwa ada prosedur lain yang seharusnya lebih ketat ketika hendak menyeleksi pengurus gereja, atau dalam bahasa lain, pembenahan kepengurusan internal gereja.

"Kelemahan pada umumnya mungkin gereja ketika melihat orang yang baik, rajin, ramah, mudah untuk memberi, itu menjadi ukuran-ukuran yang kadang menjadi sesuatu yang lebih, dan akhirnya kita libatkan dalam kepengurusan," jelas Natet.

"Tapi bahwa ternyata ukuran-ukuran ini harus diupayakan, bisa direvisi lah. Bukan sekadar mereka sudah melakukan apa, atau apa yang sudah mereka berikan, tetapi juga ada evaluasi dari orang-orang lain yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com