Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Manusia Silver Bertahan di Tengah Pandemi: Kulit Iritasi, Sempat Terpikir Jadi Pencuri

Kompas.com - 17/11/2020, 07:01 WIB
Ihsanuddin,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Dalam sehari, ia biasanya meraup uang sekitar Rp 80.000. Namun itu masih penghasilan kotor. Untuk menjadi manusia silver, Ardi juga harus mengeluarkan modal untuk membeli cat silver, minyak goreng dan sabun cuci piring.

"Cat silver sama minyak goreng itu Rp 100.000, tapi bisa lah dipakai sampai seminggu. Pakai minyak goreng itu biar mengkilat juga, sabun cuci piring untuk bersihinnya nanti," kata dia.

Baca juga: Dinsos Jakpus Imbau Warga Tak Beri Uang ke Manusia Silver

"Pertama kali (jadi manusia silver) rasanya aneh, kayak kita mandi minyak. Tapi udah kebiasaan ya sudah," sambung dia.

Kulit gatal hingga ditangkap Satpol PP

Ardi mengaku membeli cat dari temannya yang juga sudah lebih dulu menekuni pekerjaan sebagai manusia silver. Ia pun tak tahu persis apakah bahan-bahan dari cat itu aman bagi kulit.

Sejak menjadi manusia silver, ia memang mengalami iritasi dan gatal-gatal. Namun rasa gatal itu ia hiraukan demi menyambung hidup.

"Ya mau bagaimana lagi, namanya kehidupan," ujarnya

Selain risiko terkena penyakit kulit, ada risiko lainnya yang mengincar para manusia silver, yakni razia Satpol PP. Ardi pun mengaku pernah sekali terjaring razia. Ia dibawa ke kantor Dinas Sosial dan mendapat hukuman.

"Waktu itu disuruh senam tentara, push up, guling-guling, ya capek juga," kata warga Kota Bambu, Palmerah ini.

Meski pernah terjaring razia, Ardi tak kapok menjadi manusia silver. Pekerjaan ini tetap ia lakoni karena kebutuhan hidup. Apalagi, Ardi juga sudah beristri dan mempunyai anak balita yang harus dikafkahi.

"Ya kembali lagi namanya hidup," ujarnya.

Sempat terpikir jadi pencuri

Ardi sendiri menyadari bahwa yang ia lakukan melanggar aturan. Namun, ia berprinsip lebih baik bekerja seperti ini ketimbang mendapatkan uang dari mencuri atau pekerjaan haram lainnya.

"Hati saya sempat berbisik. Maling aja (dihukum) setahun dua bulan. Pembebasan bersyarat jadi 8 bulan. Jadi manusia silver katanya 8 bulan juga. Mending maling sekalian. Tapi ya saya masih milih yang halal," kata dia.

Ardi pun berpesan ke pemerintah untuk tidak terlalu keras dengan para manusia silver yang mengais rezeki di jalan-jalan ibu kota. Selama para manusia silver mencari uang dengan tertib, ia menilai harusnya tidak menjadi masalah.

Ia pun menyayangkan pernyataan dari Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat yang mengimbau warga tidak memberi ke manusia silver. Namun, ia meyakini masih banyak warga yang tetap mau membantu dan menyisihkan rezekinya.

"Ya namanya balik lagi, manusia itu punya hati nurani. Kebaikan itu enggak bisa diatur sama orang," ujar dia.

Meski sudah hampir 8 bulan menjadi manusia silver, namun ia tak bercita-cita untuk melakoni pekerjaan ini selama-lamanya. Jika pandemi sudah usai, Ardi ingin berjualan di pasar malam lagi.

Apalagi, penghasilannya di pasar malam lebih besar dibandingkan menjadi manusia silver.

"Kalau dagang itu sehari bisa dapat Rp 120.000, bersih," katanya.

Berjualan di pasar malam juga tentunya tidak beresiko menimbulkan kulit gatal atau pun terjaring razia satpol PP. Oleh karena itu, Ardi berharap pandemi segera berlalu dan kehidupannya bisa normal kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com