Akhir abad 19, dibangun rel kereta api dari Manggarai, Jakarta Selatan, ke Kedunggedeh, Bekasi.
"Moda transportasi mulai bergeser dari air ke jalan raya dan rel. Rumah mulai berpindah ke pinggir jalan. Jalan raya dan rel membuat jalan air terganggu, sehingga mulai banjir di sisi selatannya," Ali menguraikan.
Sejak pembangunan modern mengacak-acak Bekasi, Kali Bekasi dan Sungai Citarum mulai kerap meluap.
Baca juga: Tanggul Kali Bekasi di Pondok Gede Permai Rebah, Ketinggiannya Berkurang 2 Meter
Pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, pembangunan terjadi besar-besaran di Jawa, terutama Jakarta. Hal itu lantas menular ke Bekasi sebagai tetangga Ibu Kota.
Ali mengatakan, dekade 1980-1990 adalah klimaks pembangunan besar-besaran ini. Eksesnya, ekspansi penduduk dari Ibu Kota ke Kota Bekasi tak terelakkan.
Menyongsong migrasi yang bakal terjadi, rawa-rawa yang mayoritas berada di tepi Kali Bekasi ramai-ramai disulap jadi kawasan perumahan.
Di antara perumahan itu adalah Pondok Gede Permai, Kemang IFI Graha, Pondok Mitra Lestari, dan Kemang Pratama.
Baca juga: 5 Fakta Tanggul Kali Bekasi di Pondok Gede Permai Rebah
Banjir terparah melanda Kota Bekasi pada awal tahun 2020, di mana lebih dari 70 persen wilayahnya terendam banjir.
"Banjir paling besar terakhir (di Kota Bekasi) tahun 2002, berbarengan dengan Jakarta yang saat itu kena banjir parah juga. Tapi, tahun (2020) ini paling parah," ungkap Ali.
Hujan yang terjadi 14,5 jam nonstop sejak sebelum malam pergantian tahun itu membuat debit Kali Bekasi tembus 927 m3/detik, atau naik 30 kali lipat dari biasanya.
Torehan debit Kali Bekasi ini melampaui prediksi para ilmuwan.
Peneliti Universitas Trisakti, T Kadri, memprediksi bahwa pada tahun 2020, debit air yang mengalir di Kali Bekasi bisa mencapai 789,6 m3/detik bila tak ada intervensi yang tepat atas persoalan di DAS-nya.
Baca juga: Pemerintah Pusat Siapkan Rp 4,7 Triliun untuk Normalisasi Tanggul Kali Bekasi
Dalam risetnya bertajuk “Flood Defense in Bekasi City, Indonesia” yang terbit 2008 itu, prakiraan tadi muncul dari hasil kalkulasi Kadri terhadap peningkatan debit Sungai Cileungsi dan Cikeas dalam kurun 1998-2003.
Lantas, mengapa petaka di luar perhitungan sains ini terjadi?
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C), Puarman menaksir, akselerasi alih fungsi wilayah tangkapan air di hulu Kali Bekasi kelewat cepat.