Rupanya hanya dalam beberapa hari, ia langsung mendapat 10 orang pelamar. Seluruhnya diterima bekerja.
Lima orang dipekerjakan sebagai sekretaris, lima lainnya diberi tugas mengatur administrasi.
Selesai dengan soal kepegawaian, Soebardjo segera mencari tempat untuk dijadikan kantor. Dia memakai sebuah rumah di Cikini Raya untuk menjadi kantor sementara.
Baca juga: Ini Alasan Ahli Waris Achmad Soebardjo Hendak Jual Eks Kantor Kemenlu
Rumah itulah yang saat ini dijual oleh ahli waris Soebardjo.
Bagi Soebardjo, keberadaan departemen luar negeri sangat penting dan merupakan sebuah hal yang mendesak.
Kekalahan Jepang bisa menjadi gerbang masuknya kembali Belanda ke Indonesia. Penting untuk tidak lengah dalam situasi tersebut.
Melalui departemen luar negeri, kata Soebardjo dalam Kesadaran Nasional: Sebuah Otobiografi, bangsa ini harus bergerak cepat masuk ke lingkaran politik internasional.
Penting untuk mencari sebanyak-banyaknya negara yang bersedia membantu memberi kemerdekaan sesungguhnya bagi Indonesia.
Baca juga: Rumah Menlu Pertama RI Achmad Soebardjo Dijual Rp 400 M, Sudah Ada yang Menawar
Indonesia yang belum memiliki perwakilan di luar negeri harus memanfaatkan koneksi tokoh-tokoh mereka dengan tokoh penting di negara lain.
Untuk tugas administrasi, departemen luar negerilah yang mempersiapkannya.
“Segera setelah Departemen Luar Negeri mulai menunaikan kewajibannya, kami menghadapi soal-soal yang memerlukan penyelesaian dengan cepat dan tepat. Hal demikian membawa kami ke dalam keadaan di mana kami memecahkan soal demi soal asal saja dapat diselesaikan. Tapi kita tidak melupakan dasar dan tujuan revolusi kita,” ungkap Soebardjo.
(Historia.id/ M. Fazil Pamungkas)
Tulisan ini telah terbit di Historia.id dengan judul "Tugas Berat Ahmad Subardjo".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.