Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Memaknai Jalur Sepeda dari Penjual Kopi dan Roti Keliling

Kompas.com - 30/05/2021, 15:51 WIB
Alsadad Rudi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kira-kira sejak Februari 2021, ada jalur sepeda permanen di ruas Jalan Sudirman, Jakarta. Berbeda dari jalur sepeda biasa yang hanya ditandai lajur berwarna hijau, jalur sepeda terproteksi tersebut menggunakan planter box yang jadi pembatas untuk para pesepeda dengan pengendara kendaraan bermotor.

Keberadaan jalur sepeda terproteksi menuai pro dan kontra. Sebagian kalangan menganggap jalur sepeda terproteksi hanya mempersempit ruas jalan. Jalur ini bahkan sering diserobot oleh para pengguna sepeda motor.

Pihak yang anti bukan hanya dari kalangan pengguna kendaraan bermotor, tapi juga dari sebagian pengguna sepeda hobi, terutama pesepeda sport. Mereka menilai keberadaan jalur sepeda terproteksi tak bisa mengakomodasi keinginan mereka untuk bisa melaju di jalan raya.

Baca juga: Komunitas Pesepeda: Jalur Sepeda Permanen Sudirman-Thamrin Kurang Nyaman untuk Road Bike

Pihak yang anti-jalur sepeda terproteksi tidak hanya berasal dari kalangan warga biasa, tapi juga beberapa anggota legislatif, baik di DPR RI ataupun DPRD DKI Jakarta.

Jika kita hanya menggunakan sudut pandang pesepeda hobi yang hanya bersepeda pada akhir pekan selama beberapa jam, argumen bahwa jalur sepeda permanen tidak efektif mungkin ada benarnya. Apalagi jalur ini juga kerap dipenuhi para pesepeda yang membuat kita tak terlalu leluasa untuk bermanuver.

Jika kita melihatnya dari perspektif pesepeda hobi, kita tentunya tidak masalah apabila jalur tersebut dibongkar saat hari kerja. Toh, saat itu kita memang sedang kembali ke kendaraan bermesin sebagai andalan untuk mobilitas.

Namun, sadarkah kita bahwa pesepeda bukan hanya orang-orang yang bersepeda untuk hobi dan mengisi waktu luang.

Ada orang-orang yang bersepeda untuk mobilitas harian dan mencari penghidupan. Mereka lah yang mungkin luput dari pandangan kita, termasuk di mata para wakil rakyat.

 

Cerita dari Zaini dan Komeng

Suasana Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, masih tampak lengang pada Sabtu pagi itu. Wajar memang. Jalan Sudirman pada Sabtu pagi memang relatif lebih sepi dari hari-hari lain.

Senin sampai Jumat jalanan dipadati kendaraan dari para pekerja kantoran yang beraktivitas di sana, sedangkan hari Minggu biasanya ramai untuk kegiatan car free day.

Di tengah lengangnya Sudirman, seorang pria paruh baya terlihat melintas dengan sepeda di sepanjang jalur sepeda terproteksi dari ruas depan Ratu Plaza sampai FX. Ia bukan pesepeda hobi yang melintas di Sudirman dengan sepeda kekinian.

Di keranjang depan sepedanya ada beberapa mi instan gelas yang ditumpuk dengan jajanan kacang-kacangan dalam plastik kecil.

Di bagian setang, tergantung berderet kopi sachet beserta gelas plastiknya. Adapun di bagian belakang ada dua buah termos besar berisi air panas.

Pria paruh baya tersebut bernama Zaini (50), seorang pedagang kopi keliling, atau sering diplesetkan dengan istilah "Starling", akronim dari "Starbucks Keliling". Ia tinggal di Kwitang, Senen, yang jaraknya sekitar 8 kilometer dari tempatnya berjualan.

Zaini mengaku sangat terbantu dengan adanya jalur sepeda. Perjalanannya jadi relatif lebih lancar karena tidak harus selalu bersinggungan dengan kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor.

Menggunakan kendaraan tanpa mesin dengan barang bawaan banyak tentunya lebih berat jika terlalu sering berhenti saat macet.

"Jalannya enggak macet gitu untuk sepeda, lancar," kata dia saat ditemui Kompas.com di sekitar depan Ratu Plaza, Sabtu (29/5/2021).

Zaini, salah seorang penjual kopi keliling saat melintas di jalur sepeda terproteksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (29/5/2021).Kompas.com/Alsadad Rudi Zaini, salah seorang penjual kopi keliling saat melintas di jalur sepeda terproteksi di Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (29/5/2021).

Setiap hari, Zaini mengaku sudah berangkat dari rumahnya pukul 06.00. Ia baru pulang setelah hari gelap dan biasanya baru sampai rumah pukul 20.00. Dari pagi sampai petang, ia mondar mandir di sepanjang Jalan Sudirman untuk mencari pemberi.

Jika di titik A calon pembeli sepi maka ia akan pindah ke titik B, kemudian titik C, dan seterusnya. Setelah beberapa jam ia bisa saja pindah ke lokasi awal, tergantung situasi.

Karena harus sering berpindah dari titik satu ke titik lain, Zaini mengaku sangat terbantu dengan adanya jalur sepeda, apalagi dengan adanya pembatas. Adanya pembatas membuatnya merasa aman saat harus kembali ke titik awal di jalur yang sama, alias melawan arah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Megapolitan
Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi 'May Day'

Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi "May Day"

Megapolitan
Massa Aksi 'May Day' Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Massa Aksi "May Day" Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Megapolitan
Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com