JAKARTA, KOMPAS.com - Pembongkaran kawasan Kalijodo enam tahun silam di bulan Februari menjadi kisah yang tak terlupakan bagi warga Jakarta.
Kawasan yang identik dengan prostitusi dan hiburan malam itu kini berubah 180 derajat menjadi ruang terbuka ramah anak yang biasa dikunjungi keluarga di akhir pekan.
Dulunya sebelum berubah menjadi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), para pekerja seks komersial tinggal dan mencari nafkah di tempat itu. Mereka melayani pria hidung belang di kamar yang rata-rata 2x1 meter per segi.
Baca juga: Metamorfosis Kramat Tunggak dan Kalijodo, dari Lokalisasi Jadi Masjid dan Taman
Sulit bagi mereka untuk melepaskan diri jeratan dunia hitam tersebut. Mereka seolah "terkunci" pada bangunan-bangunan yang berkedok kafe remang-remang di Kalijodo.
Di lain pihak, para penguasa Kalijodo terus mengambil keuntungan dari bisnis remang-remang ini. Sebagian besar penduduk yang tinggal di kawasan tersebut segan terhadap para penguasa. Di tempat itulah, para penguasa seolah mengatur perekonomian Kalijodo.
Namun, siapa sangka, wajah hitam Kalijodo kini berubah. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah insiden kecelakaan bisa berujung pada penggusuran kawasan tersebut.
Tak ada yang menyangka bahwa sebuah insiden kecelakaan bisa berujung pada penggusuran kawasan tersebut. Kalijodo berubah dalam 20 hari setelah kecelakaan Toyota Fortuner yang dikemudikan Riki Agung pada Senin (8/2/2016) pagi.
Di balik kemudi, mata Riki Agung Pratama (24) sudah tak sanggup lagi melihat dengan jelas. Riki terlelap. Sementara itu, mobil berisi sembilan orang yang dikemudikannya tersebut terus melaju menembus dinginnya udara pagi dengan kecepatan sekitar 100 kilometer per jam.
Baca juga: Lokasi Eksploitasi Anak di Penjaringan Diduga Muncul Setelah Kalijodo Dibongkar
Hingga persis di KM 15 Jalan Daan Mogot arah Tangerang, mobil berwarna hitam jenis SUV itu menabrak sepeda motor di depannya. Riki langsung terbangun. Maksud hati menginjak rem, ia malah menginjak pedal gas.
Ia tak bisa megendalikan mobilnya yang oleng ke kiri dan menabrak marka jalan. Mobil itu terpelanting ke tengah jalan. Empat orang tewas dan tujuh orang lainnya, termasuk Riki luka berat.
Dua orang yang meninggal adalah pengendara sepeda motor, sisanya adalah penumpang di dalam mobil. Kecelakaan itu terjadi tepat pada Tahun Baru Imlek. Setelah diusut, Riki diketahui dalam kondisi tidak siap menyetir mobil.
Mahasiswa perguruan tinggi swasta itu baru saja menenggak 10 gelas minuman keras di lokalisasi Kalijodo. Dari situlah, keberadaan lokalisasi Kalijodo mulai dipermasalahkan kembali.
Baca juga: Razia Indekos di Kalijodo, Satpol PP Ingin Cegah Tindak Asusila dan Terorisme
Tak ada toleransi Keeseokan harinya, Selasa (9/2/2016), peristiwa ini sampai ke telinga Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang kala itu masih aktif menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Ahok menyoroti lokalisasi Kalijodo yang merupakan lokasi tempat Rikki minum minuman keras tersebut. Dengan tegas, Ahok menyatakan keinginannya untuk "membersihkan" kawasan Kalijodo. Ia menilai lokalisasi di Kalijodo tak bermanfaat, atau lebih banyak memberikan dampak buruk.
Pemprov DKI Jakarta bergerak cepat mengurus masalah Kalijodo. Pada Jumat (12/2/2016), Pemkot Jakarta Utara mengeluarkan surat edaran penertiban kawasan prostitusi tersebut.
Poin penting yang ingin disampaikan dalam surat edaran itu adalah pengembalian fungsi kawasan Kalijodo menjadi ruang terbuka hijau, penutupan dan penertiban kegiatan prostitusi dan peredaran minuman keras, tawaran dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk warga Kalijodo alih profesi atau dipulangkan ke daerah masing-masing, dan adanya posko pendaftaran di Kantor Camat Penjaringan.
Sementara itu, Pemerintah Kota Administratif Jakarta Barat melayangkan surat pemberitahuan rencana penataan kawasan Kalijodo RT 07/10, Angke, Tambora, Jakarta Barat, untuk dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau (RTH), Selasa (16/2/2016).
Baca juga: Sempat Tidak Terawat, Bagaimana Kondisi Kalijodo Kini?
Surat pemberitahuan itu ditujukan kepada para pemilik bangunan, para pemilik usaha tempat hiburan, dan para pekerja tempat hiburan yang berada di wilayah tersebut.
Puluhan warga Kalijodo yang dipimpin tokoh masyarakat setempat, Abdul Azis alias Daeng Azis, mendatangi Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, di Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/2/2016).
Mereka mengadukan rencana penggusuran tempat tinggal mereka yang akan dilakukan Februari 2016. Setelah datang ke Komnas HAM, Azis dan warga lainnya mendatangi DPRD DKI Jakarta. Namun, ia dan rombongan tak berhasil menemui satu pun anggota DPRD DKI Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Azis mengaku rutin membayar pajak atas tempat tinggalnya sebesar Rp 16 juta setiap tahun. Dia juga menunjukkan selembar dokumen yang dia sebut sebagai sertifikat kepemilikan tanah yang disebut diakui lurah dan notaris.
Sertifikat yang ditunjukkan Azis itu bernama "Surat Pernyataan Riwayat Kepemilikan Bangunan Rumah di Atas Tanah Negara". Di dalam surat tersebut, tertulis bahwa Azis memiliki sebuah rumah di atas lahan negara seluas 1.847 meter persegi, sedangkan luas bangunan rumahnya 1.037 meter persegi. Pembukuan itu dilakukan pada 6 Oktober 2014.
Baca juga: Berkumpul di RTH Kalijodo, Pendukung Ahok Bernyanyi Bersama
Menanggapi surat tersebut, Ahok mengatakan, Azis sekaligus mengakui bahwa bangunannya di Kalijodo selama ini milik negara.
Namun Pemprov DKI yang dibantu TNI-Polri tak menggubris perlawanan Daeng Azis. Mereka tetap melaksanakan Operasi Pekat pada Sabtu (20/2/2016) untuk menertibkan kawasan Kalijodo.
Ada sekitar 6.000 aparat gabungan Polri, TNI, dan Pemprov DKI Jakarta diterjunkan dalam operasi tersebut. Operasi dipimpin langsung oleh Tito Karnavian.
Dalam razia itu, polisi menemukan senjata tajam, berupa anak panah, golok, samurai, bidik di Kafe Intan milik Daeng Azis. Selain itu, ditemukan ratusan kotak kondom, sejumlah kepingan film porno, puluhan pak bir, dan puluhan busur untuk permainan ketangkasan.
Baca juga: Sejumlah Titik di Arena Skateboard Kalijodo Berlubang
Kemudian, pada Selasa (22/2/2016), Polda Metro Jaya menetapkan tokoh masyarakat Kalijodo, Daeng Azis, sebagai tersangka kasus dugaan prostitusi atau perdagangan wanita.
Belakangan, pada Jumat (26/2/2016), Azis kembali ditetapkan sebagai tersangka kasus pencurian listrik. Ia diduga mencuri listrik untuk kafe miliknya di Kalijodo, yakni Kafe Intan.
Suasana sepi di Kalijodo mulai terasa saat malam setelah Operasi Pekat. Tak ada ingar bingar musik dangdut dari kafe-kafe Kalijodo. Para pemilik dan pekerja seks komersial di kafe-kafe itu telah meninggalkan Kalijodo.
Mereka memilih untuk pergi daripada berurusan dengan kepolisian saat razia. Kafe di kawasan Kalijodo seusai razia tersebut tampak tak keruan.
Sementara itu, sebagian warga yang memiliki rumah di Kalijodo mulai mendaftarkan diri untuk mendapatkan unit di Rumah Susun Sederhana Sewa Marunda sebagai ganti penggusuran.
Namun, tak semua warga mendaftar untuk mendapatkan rusun. Ada warga yang masih bertahan hingga penggusuran pada Senin (29/2/2016).
Pagi di Kalijodo, Senin (29/2/2016), terasa berbeda. Sejumlah aparat kepolisian dan TNI berseragam lengkap berjaga di sana. Kehidupan Kalijodo yang biasanya baru "tidur" saat pagi hari, kini terasa hiruk-pikuk.
Baca juga: Kalijodo Kini dan Pembangunan yang Disebut Tidak Sustainable...
Namun, bukan suara musik yang terdengar pagi itu, melainkan suara mesin alat berat yang siap menghancurkan bangunan di sana satu per satu.
Kalijodo tengah menatap wajah barunya. Alat berat itu mulai bergerak perlahan masuk ke dalam kawasan Kalijodo. Alat berat tersebut sudah disiapkan di sejumlah tempat sejak sebelum pagi.
Kalijodo pun tak lagi sama. Bangunan porak-poranda. Namun, di tengah penggusuran pagi itu, ada beberapa kepala keluarga yang masih bertahan. Mereka bersikeras untuk tak meninggalkan rumah yang sudah dihuni puluhan tahun itu.
Menghadapi warga yang masih bertahan ini, pihak kepolisian beserta Pemprov DKI Jakarta mencoba negosiasi. Perlahan tapi pasti, para kepala keluarga mulai meninggalkan rumah mereka.
Dengan berat hati, mereka pun angkat kaki dari puing-puing bangunan yang tersisa di Kalijodo.
Setelah semua bangunan di Kalijodo rata dengan tanah, Ahok menargetkan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) di Kalijodo.
Ahok pun meresmikan RPTRA Kalijodo pada 22 Februadi 2017. Di sana terdapat berbagai fasilitas publik yang bisa dimanfaatkan bersama oleh warga.
Di antaranya adalah lapangan futsal, amfiteater, dan taman bermain anak-anak. Selain itu ada arena skate park dan BMX. Adapun fasilitas lain yang disediakan ialah mushala, warung kecil hingga toilet ber-AC.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.