Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilang Timbul Kampung Narkoba, Berlindung di Balik Komunitas dan Kode Rahasia

Kompas.com - 07/07/2022, 20:09 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lagi-lagi polisi menggerebek kawasan Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, pada Rabu (6/7/2022).

Kepolisian Sektor Palmerah menangkap sejumlah pelaku dan mengamankan barang bukti peredaran narkoba di permukiman yang dikenal dengan nama Kampung Boncos.

Polisi juga kembali merobohkan beberapa bangunan liar nonpermanen yang dikenal dengan sebutan Hotel 10.000. Bangunan ini biasa digunakan pengguna untuk mengonsumsi narkoba.

Padahal, bangunan yang terbuat dari kayu dan terpal, juga seng pada atapnya itu sudah pernah dirobohkan pada Februari lalu. Namun, bangunan itu muncul kembali.

"Kami sudah merobohkan empat bangunan liar yang diduga digunakan oleh pengguna narkoba," kata Kapolsek Palmerah Ajun Komisaris Dodi Abdul Rohim, Rabu (6/7/2022).

Padahal, setiap Kampung Boncos digerebek, polisi selalu merobohkan bangunan Hotel 10.000. Namun, setiap kali penggerebekan dilakukan, bangunan tersebut selalu berdiri kembali bak jamur di musim hujan.

Baca juga: Mati Satu Tumbuh Seribu, Penggerebekan Narkoba Kampung Boncos Terus Berulang dan Ragam Kode Pengecoh Polisi

Berlindung dengan kode rahasia

Polsek Palmerah menggerebek kampung rawan narkoba, Kampung Boncos di Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, pada Rabu (6/7/2022) sore.Kompas.com/MITA AMALIA HAPSARI Polsek Palmerah menggerebek kampung rawan narkoba, Kampung Boncos di Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, pada Rabu (6/7/2022) sore.

Pada penggerebekan Kampung Boncos Februari lalu, jaringan pengedar itu menggunakan kode "penyakit" untuk mengumumkan kedatangan polisi. Kode penyakit dikeluarkan meski posisi polisi masih jauh dari pusat peredaran.

Kapolsek Palmerah Dodi Abdulrohim berujar rencana penggerebekan kerap buyar karena informasi yang sudah bocor. Ia menduga banyak antek-antek yang mempercepat kebocoran informasi.

"Jadi pada saat kita taruh mobil, mereka sudah pakai kode 'awas penyakit', kode itu sudah sampai ujung," ujar Dodi saat itu.

Baca juga: Ada Goresan Mencurigakan di Kampung Boncos, Diduga Kode untuk Bandar Narkoba Hilangkan Bukti

Ternyata, kode rahasia ini tidak hanya digunakan oleh pengedar narkoba di Kampung Boncos. Hal serupa juga dilakukan dalam jaringan pengedaran narkoba di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Adapun para pengedar di Kampung Bahari menggunakan isyarat petasan untuk menghindari petugas.
Para pengedar hingga pengguna narkoba biasanya akan langsung bertiarap dan bersembunyi jika mendengar suara petasan tersebut.

Pada penggerebekan Kampung Boncos kali ini, polisi mengendus siasat pengedar narkoba berupa goresan tembok hingga kamera CCTV untuk mengelabui polisi.

Saling melindungi dalam kejahatan

Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Ahmad Mustofa tak heran apabila kampung narkoba ini kembali muncul meskipun sudah digerebek berkali-kali oleh kepolisian.

Menurut dia, Kampung Boncos dikenal sebagai kampung narkoba karena tempat tersebut diduga secara turun-menurun telah menjadi tempat orang mengedarkan barang haram tersebut.

Baca juga: Peredaran Narkoba Muncul Terus, Kriminolog: Warga Kampung Boncos Saling Melindungi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com