JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran melanda 25 unit rumah kontrakan di Jalan Manggarai Utara II, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu (17/12/2022) sore.
Kebakaran ini disebut disebabkan oleh petir yang menyambar meteran listrik.
Sekitar 53 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 230 jiwa diungsikan ke beberapa lokasi, seperti gedung karang taruna setempat, masjid SMPN 3 Jakarta, hingga mengungsi ke rumah kerabat masing-masing.
Baca juga: Ketegaran Korban Kebakaran Manggarai: Sabar, Yakin Allah akan Ganti
Para warga yang menjadi korban kebakaran disebut telah menerima bantuan dari berbagai instansi.
Warga sekaligus saksi mata, Siti Nafisah (53), menyebutkan bahwa kebakaran ini bermula saat hujan deras disertai angin kencang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.
Karena kondisi cuaca itu, Siti bersama suaminya lalu mengecek kontrakan miliknya yang berada persis di belakang rumah mereka.
"Kami keluar ke belakang, ke kontrakan-kontrakan, takut ada yang bocor karena angin kencang semua pada terbang," sebut Siti saat ditemui di Jalan Manggarai Utara II, Minggu (18/12/2022).
Baca juga: Cerita Korban Kebakaran Manggarai: Anak Minta Pindah Sebelum Petir Menyambar...
Saat hendak mengecek kontrakan, Siti melihat petir menyambar meteran listrik. Suara sambaran yang kencang membuatnya mengucap istigfar.
"Pas saya lagi di belakang, petir nyamber kilometer, itu yang listrik (meteran listrik). Saya kan kaget, langsung astaghfirullahaladzim," tutur Siti.
Saat itu, Siti mencium bau hangus. Ia langsung mengecek kondisi rumahnya. Siti mengaku melihat asap ketika berada di lantai dua rumahnya.
Namun, saat itu belum ada kobaran api yang muncul.
Saat turun ke lantai satu rumahnya, Siti melihat asap itu muncul dari arah belakang kediamannya.
Ia tak sempat membawa barang berharga miliknya, termasuk dua sepeda motor yang terparkir di dekat rumahnya.
Baca juga: Panik Lihat Api, Korban Kebakaran Manggarai Tak Sempat Selamatkan Barang Berharga
Sementara itu, pada kesempatan terpisah, Ketua RT 011 RW 001 Kelurahan Manggarai Warsono menuturkan, kebakaran di wilayahnya terjadi karena korsleting.
Kebakaran mulanya hanya melanda satu rumah. Karena angin kencang, kebakaran merembet ke rumah lainnya.
Berbeda dengan yang disampaikan Siti, Warsono menyebutkan petir menyambar antena televisi di rumah salah satu warga di sana.
"Awalnya itu nyamber antena televisi. Jadi fatalnya di situ, dari petir. Suaranya meleduk begitu, duarr, suaranya besar," tutur Warsono.
Diah bercerita, pada akhir pekan, dia sejatinya jarang berada di rumah kontrakannya tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.