JAKARTA, KOMPAS.com - Agus Riyanto (42), salah satu warga Kampung Bayam yang tinggal di tenda darurat membenarkan bahwa dia dan 123 kartu keluarga (KK) kampung tersebut bersedia direlokasi ke Rusunawa Nagrak.
Namun, Agus menegaskan bahwa relokasi hanya bersifat sementara, bukan seterusnya akan bermukim di Rusunawa Nagrak.
“Sementara, bukan selamanya (tinggal di Rusunawa Nagrak). Kalau dibilang selesai, ya enggak (tidak tepat),” tutur Agus kepada Kompas.com, Senin (25/9/2023).
Pasalnya, Agus yang mewakili ratusan KK Kampung Bayam, mengaku masih memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan tempat tinggal di Kampung Susun Bayam (KSB).
“Kalau masalah selesai sih belum, kami kan masih tuntut KSB,” kata Agus.
Baca juga: Heru Budi Sebut Warga Kampung Bayam Kini Bersedia Direlokasi ke Rusun Nagrak dan Muara Angke
Untuk diketahui, sebelum warga Kampung Bayam yang tinggal di tenda bersedia direlokasi, mereka lebih dulu menyodorkan surat perjanjian persyaratan untuk ditandatangani Lurah Papanggo Tomi Haryono.
Menurut Tomi, surat perjanjian itu disusun sebagai antisipasi agar setiap warga Kampung Bayam yang direlokasi ke Rusunawa Nagrak dapat terakomodir.
“Karena, dari warga ini takutnya, sudah tinggal di sana, tapi tidak mendapatkan KSB,” ujar Tomi.
Persyaratan yang mereka ajukan yaitu menyiapkan mobil untuk warga Kampung Bayam pindahan dari tenda ke Rusunawa Nagrak.
Baca juga: Heru Budi Klaim Warga Kampung Bayam Mau Direlokasi, tetapi Minta Sejumlah Syarat
Kedua, Pemprov DKI Jakarta agar menyiapkan bus sekolah untuk mengantarkan dan menjemput anak sekolah dari Nagrak ke tempat pendidikan yang berlokasi di sekitar JIS.
"Ketiga, kita pindah sementara, bukan menjadi warga asli. Terus, tidak ada pergantian identitas dan biaya retribusi rumah susun," ungkap Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Minawati.
Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka warga Kampung Bayam tetap menolak pembongkaran.
Diberitakan sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengeklaim permasalahan terkait tempat tinggal warga Kampung Bayam, Jakarta Utara, yang menjadi korban penggusuran untuk proyek Jakarta International Stadium (JIS) telah selesai.
Baca juga: Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah
Warga yang sebelumnya menolak buat direlokasi ke beberapa rumah susun saat ini disebut telah menerima tawaran Pemprov DKI.
"Tidak (tidak menolak direlokasi). Kan kemarin itu kami sudah ke lapangan dengan mereka (warga eks Kampung Bayam)," ujar Heru di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (25/9/2023).
Untuk diketahui, Lurah Papanggo Tomi Haryono meminta warga Kampung Bayam untuk membongkar tenda secara mandiri karena akan dibangun trotoar.
Ia tidak menampik bahwa pembangunan trotoar juga berkait dengan berlangsung Piala Dunia U-17 pada November 2023 mendatang, mengingat JIS merupakan salah satu lokasi pertandingan.
Baca juga: Pemprov DKI Siapkan Hunian di Tower 3 Rusun Nagrak untuk Warga Kampung Bayam
Dalam surat imbauan kepada warga Kampung Bayam, Tomi memperingati, jika mereka tidak mengindahkan pembongkaran mandiri, maka akan dilakukan penertiban secara terpadu oleh aparat terkait.
Masih di dalam surat tersebut, Tomi mengingatkan bahwa segala risiko hingga kerugian dari penertiban tenda apabila jika tidak diindahkan akan menjadi tanggung jawab warga Kampung Bayam.
Sebagai informasi, warga Kampung Bayam tergusur dari kediaman mereka imbas pembebasan lahan proyek Jakarta International Stadium (JIS).
Warga sudah tinggal di tenda sejak November 2022. Mereka mengaku tidak sanggup membayar kontrakan dan menolak untuk pindah ke Rusunawa Nagrak.
Warga Kampung Bayam sejatinya merupakan penghuni Kampung Susun Bayam. Namun, KSB masih belum bisa dihuni hingga saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.