JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berharap, para bakal calon gubernur yang maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 tidak membawa isu suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) serta fitnah.
"Saya berharap, siapa pun yang jadi calon gubernur DKI, jangan menyebarkan isu pengecut atau isu fitnah. Ada suara saya barter uang dengan Agung Podomoro Rp 6 miliar untuk penertiban Kalijodo," kata Ahok.
Hal itu disampaikannya saat memberikan kata sambutan dalam acara penandatanganan perjanjian hibah Pemprov DKI Jakarta dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI dan Bawaslu DKI, di Balai Kota, Senin (16/5/2016).
Ahok meyakini, akan ada banyak bakal calon gubernur yang tidak menjual karakter mereka, tetapi memainkan isu SARA dan isu lainnya.
Ahok juga meyakini, Bawaslu dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) akan lebih banyak bekerja pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Saya kira Bawaslu akan banyak pekerjaan," kata Ahok.
Ahok yang juga berniat maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017 itu mengungkapkan pengalamannya menjadi Bupati Belitung Timur pada pemilihan langsung.
Ia menyebut bahwa 93 persen warga Belitung Timur merupakan warga Muslim, dan partai mayoritas merupakan Partai Bulan Bintang (PBB).
"Pak Yusril Ihza Mahendra dulu Mensesneg, saya harap dia bisa ikut (pilkada) kali ini. Saya sudah kenyang, enggak bisa diancam atau ditakut-takuti lagi," kata Ahok.
Ahok berencana maju melalui jalur independen, berpasangan dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta Heru Budi Hartono pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Mereka maju dengan dukungan relawan "Teman Ahok".