Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendengar Keluhan Warga yang Tinggal Dekat Tumpukan Sampah Kali Pisang Batu Bekasi...

Kompas.com - 09/01/2019, 07:52 WIB
Dean Pahrevi,
Dian Maharani

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Kali Pisang Batu di Desa Pahlawan Setia, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi dipenuhi sampah sepanjang 1,5 kilometer.

Sampah rumah tangga seperti plastik bekas kemasan detergen, sampo, botol air mineral, hingga kasur bercampur di permukaan kali.

Sampah menumpuk dengan ketebalan mencapai sekitar 50 sentimeter sehingga menutupi air kali yang hitam pekat. Bau tak sedap tercium di sekitar kali.

Sejak ramai diperbincangkan, lautan sampah tersebut mulai diangkut sedikit demi sedikit sejak Sabtu (5/1/2019).  Dua alat berat dikerahkan dan ratusan truk telah mengangkut sampah tersebut. Hingga hari ke empat, sebanyak sekitar 300 ton sampah sudah diangkut.

Baca juga: Butuh Waktu Sebulan utuk Mengangkut Sampah dari Kali Pisang Batu

Sampah yang didominasi plastik memenuhi sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Tumpukan sampah yang sudah berlangsung sekitar sebulan tersebut sepanjang sekitar 1,5 kilometer.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Sampah yang didominasi plastik memenuhi sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Tumpukan sampah yang sudah berlangsung sekitar sebulan tersebut sepanjang sekitar 1,5 kilometer.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi menduga sebagian besar sampah berasal dari aliran kali di wilayah Kota Bekasi. Sebab, dengan jumlah sampah yang begitu banyak dirasa tidak logis jika dikatakan sampah hanya berasa dari warga sekitar bantaran kali tersebut.

Desember 2018 lalu, Kali Pisang Batu itu hanya terdapat eceng gondok dan lumpur. Hal itu membuat pemerintah setempat menormalisasi kali. Usai dinormalisasi, beberapa minggu kemudian muncul tumpukan sampah yang menghambat aliran kali.

Warga sekitar mengaku tak membuang sampah sembarangan ke kali tersebut.

Kini, sudah lebih dari sebulan, warga sekitar Kali Pisang Batu di Desa Setia Asih, Setia Mulya, dan Pahlawan Setia menanggung akibat pencemaran sampah di kali itu.

Baca juga: Sampah Masih Banyak, 150 Truk Dikerahkan ke Kali Pisang Batu Bekasi

Warga melintas disamping sampah yang didominasi plastik di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Sampah yang memenuhi Kali Pisang Batu hingga sepanjang 1,5 kilometer berasal dari Kali Bekasi yang melewati Kota Bekasi. Sampah muncul pasca normalisasi dilakukan pada Desember 2018. Sebelumnya, kali hanya dipenuhi lumpur dan eceng gondok.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga melintas disamping sampah yang didominasi plastik di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Sampah yang memenuhi Kali Pisang Batu hingga sepanjang 1,5 kilometer berasal dari Kali Bekasi yang melewati Kota Bekasi. Sampah muncul pasca normalisasi dilakukan pada Desember 2018. Sebelumnya, kali hanya dipenuhi lumpur dan eceng gondok.

1. Bau menyengat dan banyak nyamuk

Maria, warga Desa Pahlawan Setia, mengaku susah tidur pada malam hari karena terganggu banyaknya nyamuk dan bau imbas sampah di Kali Pisang Batu.

Ketika malam hari, nyamuk dan bau makin menyengat karena terbawa angin malam sangat menganggu warga yang hendak beristirahat.

Baca juga: Baunya Enggak Tahan, Kita Malu kalau Kedatangan Tamu...

"Merusak pemandangan. Enggak pernah penyakit, (tapi) dari baunya mengganggu. Lalat dan nyamuk malam banyak. Terganggu sama bau. Gara-gara bau, jadi susah tidur saya," kata Maria kepada Kompas.com, Selasa (8/1/2019).

Sampah yang didominasi plastik memenuhi sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Sampah yang memenuhi Kali Pisang Batu hingga sepanjang 1,5 kilometer berasal dari Kali Bekasi yang melewati Kota Bekasi. Sampah muncul pasca normalisasi dilakukan pada Desember 2018. Sebelumnya, kali hanya dipenuhi lumpur dan eceng gondok.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Sampah yang didominasi plastik memenuhi sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Sampah yang memenuhi Kali Pisang Batu hingga sepanjang 1,5 kilometer berasal dari Kali Bekasi yang melewati Kota Bekasi. Sampah muncul pasca normalisasi dilakukan pada Desember 2018. Sebelumnya, kali hanya dipenuhi lumpur dan eceng gondok.

2. Khawatir banjir dan terkena gatal-gatal

Air Kali Pisang Batu yang berwarna hitam pekat serta mengeluarkan bau menyengat kerap meluap akibat tersendat sampah, lalu hujan dan merendam permukiman warga di sekitar kali.

"Kalau hujan di sini kadang banjir, bisa hampir satu meter masuk rumah. Airnya kan hitam tuh, bau lagi, kalau banjir itu kami sengsara banget deh soalnya airnya kotor banget. Kami mengungsi ke masjid deh," kata Aslia, Warga Desa Pahlawan Setia.

Menurut dia, air kali dapat menimbulkan gatal-gatal jika tersentuh tubuh. Dia pun khawatir ketika banjir datang dapat menyebabkan penyakit.

"Itu (air kali) kalau tersentuh tangan bisa gatal langsung. Enggak tahu ya, mungkin karena kotor banget sampai hitam begitu," ujar Aslia.

Warga menggunakan sepeda motor melintas disamping sampah yang didominasi plastik di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Sampah yang memenuhi Kali Pisang Batu hingga sepanjang 1,5 kilometer berasal dari Kali Bekasi yang melewati Kota Bekasi. Sampah muncul pasca normalisasi dilakukan pada Desember 2018. Sebelumnya, kali hanya dipenuhi lumpur dan eceng gondok.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga menggunakan sepeda motor melintas disamping sampah yang didominasi plastik di sepanjang Kali Pisang Batu, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (8/1/2019). Sampah yang memenuhi Kali Pisang Batu hingga sepanjang 1,5 kilometer berasal dari Kali Bekasi yang melewati Kota Bekasi. Sampah muncul pasca normalisasi dilakukan pada Desember 2018. Sebelumnya, kali hanya dipenuhi lumpur dan eceng gondok.

3. Kesulitan air bersih

Kondisi air kali yang hitam serta menimbulkan bau menyengat berdampak pada air perumahan dan sumur di permukiman warga yang ikut menjadi bau.

Hal itu menyebabkan kondisi air di permukiman warga sudah tidak bagus pasca-Kali Pisang Batu tercemar tumpukan sampah.

"Buat mandi bau, kami pakai air itu dulu terus bilas pakai air PAM yang kami beli. Air sumur cuma buat nyuci saja," kata Amin, warga Desa Setia Mulya.

Amin mengaku harus membeli air PAM sebesar Rp 6.000 per galon untuk kebutuhan masak dan mandi.

Tampak air sumur di permukiman warga menghitam pasca terimbas Kali Pisang Batu, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi yang tercemar, Selasa (8/1/2019).KOMPAS.com/DEAN PAHREVI Tampak air sumur di permukiman warga menghitam pasca terimbas Kali Pisang Batu, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi yang tercemar, Selasa (8/1/2019).

4. Air sumur harus diendap 12 Jam

Warga mengakali air sumur dan perumahan yang menjadi bau dengan mengendapkan air selama 12 jam untuk menurunkan lumpur dalam air.

"Air harus diendapkan dulu 12 jam baru kami pakai. Kalau enggak begitu, air enggak layak buat dipakai. Biar tunggu lumpur pasirnya turun dulu," ujar Amin.

Usai diendap, warga baru bisa menggunakan air untuk mandi pagi dan sore hari. Namun, meski sudsh diendap, air tetap tercium bau.

"Ini saja sudah diendapin masih bau, jadi kami buat mandi pagi nih, nah itu malam sudah kami isi pakai ember. Terus kalau buat mandi sore, dari pagi sudah mulai kami isi air," tutur Amin.

Warga berharap masalah ini dapat diatasi hingga tuntas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com