"Di tingkat kota, kesamaan visi dan misi sudah tersambung. Sepakat koalisi sudah," jelas Farabi.
"Jadi tinggal keputusan Jawa Barat dan pusat. Kalau sudah nyambung begini di tingkat kota kan tinggal pertimbangannya di DPP. Nah, DPP tiba-tiba kemarin ada pertemuan itu. Angin segar lah," tutur politikus 39 tahun itu.
Golkar incar kursi wakil wali kota
Farabi mengaku bahwa partainya cukup "tahu diri" untuk bisa digandeng PKS.
Meskipun di kancah nasional usia Golkar lebih tua, namun kekuasaan PKS di Depok sulit dibantah.
Baca juga: Merasa Dilirik PKS, Ketua DPD Golkar Ingin Jadi Calon Wakil Wali Kota Depok
Wali Kota Depok saat ini, Mohammad Idris, adalah kalangan nonpartai yang berhasil menduduki tampuk kepemimpinan tertinggi di kota belimbing berkat usungan PKS.
Apalagi, PKS juga tercatat sebagai partai politik dengan perolehan kursi terbanyak di parlemen Depok.
"Santai saja. Golkar ini memosisikan diri untuk calon wakil wali kota, jadi dikejar. Kami berkaca diri, peluang kami ada di wakil dan kelihatannya PKS tertarik," ujar Farabi.
Golkar menduduki peringkat 4 partai politik di DPRD Kota Depok dengan perolehan kursi terbanyak.
Di Pilkada Depok 2020 yang digelar September mendatang, PKS sebagai pemegang kursi terbanyak (12) di parlemen kemungkinan akan berhadapan poros koalisi Gerindra-PDI-P yang masing-masing punya 10 kursi.
Belum lagi, ada Koalisi Tertata bentukan Demokrat, PKB, PPP, dan PAN yang secara jumlah punya 12 kursi.
Farabi menganggap, satu-satunya opsi untuk mengamankan suara ialah dengan merangkul partainya yang punya 5 kursi di parlemen.
"Digempur Gerindra-PDI-P, mereka kalah 8 kursi kalau hanya PKS tanpa Golkar. Kalau dengan Golkar, kan nanti kursinya jadi 17," ujar Farabi.
"Gerindra sudah sama PDI-P. Lalu Tertata juga bikin koalisi. Sisanya siapa? Ya, Golkar. Kami peringkat empat lagi (perolehan kursi di parlemen). Kami punya juga wakil di pimpinan DPRD," ia menambahkan.
Sama-sama partai kader