Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Karyawan Restoran Ternama Jual Makanan di Pinggir Jalan hingga Berhadapan dengan Satpol PP

Kompas.com - 07/10/2020, 21:29 WIB
Rosiana Haryanti,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Jika dia mendapatkan sif pertama maka pada pagi harinya Ifan bertugas menyebarkan flyer ataupun brosur selama 30 menit. Setelah itu, pada pukul 11.00-12.00, dia mulai berangkat untuk menjual makanan.

"Saya bagian delivery, masuknya jam 09.00, dagangnya jam 13.00. Karena outlet saya ramai, banyak antrean, makanya didaganginnya jam 13.00-an," tutur dia.

Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19, Pemerintah Akui Daya Beli Masyarakat Melemah

Selain kedua sif tadi, Ifan mengatakan, outlet tempatnya bekerja juga mempekerjakan karyawan yang bertugas di bagian dapur untuk menjajakan makanan. Mereka, sebut Ifan, bertugas menjajakan makanan pada sif ketiga.

"Kalau pulangnya enggak tentu. Kalau enggak habis, kami sampai malam jam 22.00. Kalau habis jam 16.00, kami balik lagi ke outlet, kami nambah lagi," tutur dia.

Dalam sehari, Ifan bisa membawa puluhan pack makanan. Ifan harus berusaha menjual habis makanan yang dibawa.

Sebab, jika tidak maka ia harus membawa pulang untuk dimakan di rumah. Namun, jika jumlahnya besar, dia biasa membaginya dengan karyawan lain.

Hal ini dilakukan karena, menurut ketentuan perusahaan, makanan yang diproduksi hari itu harus dihabiskan.

"Dari pihak outlet enggak nyuruh habis banget, tapi diusahakan dihabiskan," tutur Ifan.

Ketentuan lainnya adalah, makanan tersebut tidak boleh dijual kembali pada keesokan harinya. Ini karena menurut ketentuan perusahaan, yaitu makanan yang dijual harus yang dimasak pada hari itu juga. 

Ifan menuturkan, saat sepi pelanggan, dia bisa membawa pulang beberapa pack piza.

"Kalau kadang enggak habis, kadang bingung, ini gimana cara ngehabisinnya? Kalau enggak habis, biasanya juga dibagiin rata, dibawa pulang. Misal karyawan 5 sisa 20, trus dibagi rata. Pernah saya bawa 72 packs, sisa 21 packs. Akhirnya dibagi," kata Ifan.

Ifan juga sering berpindah lokasi, tergantung keramaian. Dalam sehari, dia bisa dua kali pindah lokasi.

Saat siang hingga sore, Ifan bisa menggelar lapaknya di Stasiun Tanah Abang. Lalu menjelang maghrib, dia berpindah ke Kebon Melati.

Hampir setiap hari Ifan juga kerap mendapatkan teguran dari Satpol PP.

"Ada Satpol PP, kami harus berhenti dulu dagangnya," ucap dia.

Tak hanya itu, dia juga kerap mendapatkan kesulitan untuk memberikan uang kembalian. Banyak pelanggan yang membayar dengan jumlah uang yang terlampau besar.

Untuk itu, dia harus mencari kembalian ke tempat lain agar tidak mengecewakan pelanggan.

Ifan berharap pandemi segera berlalu. Dengan demikian, dia dan karyawan restoran lainnya dapat bekerja dengan normal kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com