DEPOK, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tidak hanya gawat di Jakarta tetapi juga di Depok, Jawa Barat. Kegawatan ini terjadi selama sebulan terakhir dan dapat diukur dari beberapa parameter.
Berikut rangkuman Kompas.com:
Puncak gelombang 1 butuh 9 bulan, puncak gelombang 2 hanya sebulan
Depok mengalami puncak gelombang pertama pada Januari lalu. Ketika itu, rumah sakit (RS) juga perlahan-lahan overkapasitas dan pasien harus mengantre.
Butuh waktu sembilan bulan bagi Depok untuk mencapai puncak gelombang pertama itu, terhitung sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. Memasuki Februari 2021, kasus terus turun.
Baca juga: Rekor Lagi, 1.336 Kasus Baru Covid-19 di Depok Kemarin
Namun, dalam tempo sebulan terakhir, kurva pandemi Covid-19 di Depok sudah melonjak dua kali lipat dari tinggi puncak gelombang pertama yang terlihat jadi seperti gundukan kecil saja. Lihat grafik di bawah:
Pada puncak gelombang pertama, jumlah pasien Covid-19 di Depok mencapai 5.011 orang. Hingga Senin (5/7/2021), jumlah pasien Covid-19 di Depok sudah 10.965 orang. Padahal, tren perkembangan kasus masih terus melonjak pesat, dengan positivity rate di atas 40 persen.
Varian delta telah terkonfirmasi
Dugaan kuat bahwa lonjakan ini disebabkan oleh keberadaan virus SARS-CoV-2 varian Delta B.1617.2, telah terjawab pada hari Minggu lalu.
Dari sampel-sampel yang dikirim laboratorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan dicurigai varian Delta, semuanya terkonfirmasi varian tersebut.
"Dari 10 spesimen warga Depok yang dilakukan pemeriksaan, hasilnya 10 positif Covid-19 varian Delta B.1617.2," ungkap Wali Kota Depok, Mohammad Idris, kemarin.
"Adapun kriteria spesimen yang dikirimkan berasal dari pasien terkonfirmasi Covid-19 dengan hasil CT (cycle threshold) value yang kecil, yaitu di bawah 30," kata dia.
Selain CT value, pengiriman spesimen warga Depok yang diduga telah terpapar Covid-19 varian Delta, dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria lain, mulai dari adanya kedatangan dari negara asing, penularan yang cepat di masyarakat, mulai terinfeksinya kelompok yang sebelumnya tidak rentan -dalam hal ini anak-anak, dan penyintas terinfeksi kembali.
Baca juga: Gelar Pernikahan saat PPKM Darurat, Lurah di Depok Klaim Semua Sesuai Aturan
Selain itu, ada pertimbangan kasus kematian pasien Covid-19 dengan komorbid penyakit menular lain seperti HIV dan tuberkulosis serta infeksi virus SARS-CoV-2 pada warga yang telah divaksinasi.
RS penuh sejak pekan lalu, pasien meninggal saat isolasi mandiri
Keterisian ICU bagi pasien Covid-19 di Depok sudah 100 persen lebih, yang berarti overkapasitas, sejak pekan lalu. Memasuki pekan ini, keterisian ruang isolasi pun disebut sudah di kisaran 95 persen.
Rumah-rumah sakit di Depok mengalami antrean pasien Covid-19, sebagian pasien mesti menunggu giliran dan dirawat sementara di IGD.
Selain rumah sakit, puskesmas juga mulai kewalahan karena beban kerja berlebih, mulai dari vaksinasi, pengambilan swab, pelacakan kontak erat, sampai memantau pasien isolasi mandiri yang jumlahnya makin banyak dari hari ke hari.
Koalisi Lapor Covid-19 melaporkan, akibat kolapsnya sistem kesehatan, sedikitnya terjadi lima kematian pasien Covid-19 di luar fasilitas kesehatan di Depok selama sebulan belakangan, baik pasien yang tengah isolasi mandiri maupun ketika dalam upaya mencari slot kosong di rumah sakit.
Kematian akibat Covid-19 semakin jamak
Pada puncak gelombang pertama, rata-rata harian kematian terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai lima orang per hari.
Pada Mei 2021, rata-rata kematian harian akibat Covid-19 di Depok sempat turun ke titik terendah, yaitu 1-2 orang per hari, sebelum naik pada Juni 2021 menjadi 4-5 orang per hari.
Lalu, selama 5 hari di bulan Juli 2021, per harinya ada 10 warga Depok meninggal akibat Covid-19. Kematian riil di lapangan mungkin lebih tinggi karena adanya kematian kasus suspek/probabel yang datanya tak diumumkan pemerintah.
Rekor tertinggi kematian akibat Covid-19 pun terjadi dalam sepekan terakhir, yakni 23 kematian (3 Juli) dan 21 kematian (5 Juli) dalam sehari.
Jika dihitung bulanan, trennya juga tak kalah buruk:
5 Januari-4 Februari: 163 kematian akibat Covid-19
5 Februari-4 Maret: 131 kematian akibat Covid-19
5 Maret-4 April: 96 kematian akibat Covid-19
5 April-4Mei: 68 kematian akibat Covid-19
5 Mei-4 Juni: 50 kematian akibat Covid-19
5 Juni-5 Juli: 195 kematian akibat Covid-19
Jumlah RT zona merah naik ratusan persen
RT zona merah adalah RT dengan kasus Covid-19 lebih dari 10 rumah dalam sepekan.
Jumlah RT zona merah di Depok naik pesat selama sebulan terakhir:
- 7-13 Juni: 0
- 14-20 Juni: 2
- 21-27 Juni: 19
- 28-4 Juli: 87
Begitu pula dengan jumlah RT zona oranye, yaitu RT dengan kasus Covid-19 sebanyak 6-10 rumah dalam sepekan. Trennya naik begitu pesat:
- 7-13 Juni: 19
- 14-20 Juni: 99
- 21-27 Juni: 404
- 28-4 Juli: 672