JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah gelapnya pengungkapan kasus kematian misterius satu keluarga di rumahnya bilangan Kalideres, Jakarta Barat, sebuah analisis dari kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala, mengemuka ke publik.
Adrianus menengarai, kematian empat orang anggota keluarga itu berkaitan erat dengan kepercayaan bahwa kiamat sudah dekat.
Berikut ini uraiannya...
Analisis Adrianus ini berangkat dari hasil otopsi, sejumlah temuan penyidik di tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan para saksi.
Hasil otopsi pertama menyatakan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Belum ditemukan pula zat/unsur racun pada organ dalam. Selanjutnya, tidak ditemukan sari makanan pada lambung para korban. Otot jasad pun telah menyusut.
Temuan tidak ditemukannya sari makanan pada lambung korban sempat menggiring opini publik bahwa kematian mereka disebabkan oleh kelaparan. Pribadi Adrianus tidak mempercayai itu.
“Saya pribadi lebih memilih untuk tidak mempercayai konteks kelaparan itu,” ujar dia saat wawancara dengan Kompas TV, Selasa (15/11/2022).
Sebab, setiap orang memiliki naluri bertahan hidup. Ketika seseorang merasa lapar dan haus, otomatis ia akan mengeluarkan daya dan upaya untuk mengakses makanan dan minuman. Perilaku ini sejatinya menjadi perilaku dasar manusia.
Bahkan, dalam kasus bunuh diri saja, seseorang memilih mengakhiri hidup secara cepat, bukan sengaja tak makan dan minum hingga akhirnya meninggal dunia.
“Nah, lain ceritanya kalau kelaparan itu memang disengaja,” lanjut Adrianus.
Baca juga: Polisi Dalami Kemungkinan Keluarga yang Tewas di Kalideres Anut Aliran Sekte Tertentu
Sampai pada titik ini, analisis Adrianus bergerak maju satu langkah.
Bila benar para korban sengaja melaparkan diri, artinya ada yang mendorong mereka untuk melakukan itu. Apa itu?
Adrianus meyakini, hanya alasan spiritual lah yang mampu menggerakkan orang sampai memutus naluri bertahan hidupnya.
“Kalau memang benar, ada keyakinan yang luar biasa kuat, semacam keyakinan (dari para korban), mengenai dunia setelah mati, sehingga yang bersangkutan bersedia menuju ke arah itu untuk mencapai suatu kemuliaan,” ujar Adrianus.
Bagi orang yang sudah terpapar paham semacam itu, mereka menganggap apa yang terjadi di dunia ini, termasuk rasa sakit menahan lapar, adalah suatu cobaan sepadan untuk mencapai tujuan yang mereka yakini mulia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.