Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AR Mati di Markas Polisi, Benarkah Pelaku Kejahatan Seksual Anak Jadi Musuh Tahanan?

Kompas.com - 22/09/2023, 11:45 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kematian AR (51) di tangan tahanan lain saat mendekam dalam ruang tahanan Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Metro Depok pada Minggu (9/7/2023) jadi sorotan.

Adapun AR yang merupakan terpidana kasus pencabulan terhadap anak kandungnya itu tewas setelah dianiaya delapan tahanan lain. Pelaku diduga menganiaya korban karena kesal atas kejahatannya.

Kepala Unit (Kanit) Kriminal Umum (Krimum) Inspektur Satu (Iptu) Sutaryo berujar, AR sempat disundut rokok alat kemaluannya oleh sesama tahanan sebelum tewas.

Baca juga: Tahanan yang Tewas di Depok adalah Pelaku Pencabulan Anak Sendiri

"Ada penyundutan rokok ke alat kemaluan korban. Dua orang (yang menyundut korban), satu pakai korek, satu pakai rokok," tuturnya di Mapolres Metro Depok, Kamis (21/9/2023).

AR ternyata juga sempat dimintai uang oleh sesama tahanan. Menurut dia, tersangka yang memintai uang tersebut MY. Pelaku diduga terlibat dalam penganiayaan tersebut.

Kasta terendah

Perlakuan buruk terhadap pelaku kejahatan seksual agaknya bukan pertama kali terjadi di dalam tahanan. Pelaku pencabulan atau pemerkosa disebut punya kasta atau golongan paling rendah dalam sel.

Kekerasan ini pernah terjadi pada Andri Sobari alias Emon, pelaku kejahatan seksual terhadap puluhan anak di Sukabumi pada 2014. Emon diketahui dipukuli hingga babak belur dalam tahanan.

Baca juga: Mimpi Buruk Pencabul Anak Kandung Saat Masuk Penjara, Disiksa dan Dianiaya Sesama Tahanan hingga Tewas

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, mengaku tak kaget atas perlakuan tahanan lain terhadap pelaku kejahatan seksual di dalam bui.

"Kabarnya, pelaku kejahatan seksual akan 'dihukum' paling berat oleh sesama tahanan atau napi (narapidana)," tutur Reza kepada Kompas.com, Jumat (22/9/2023).

"Sementara, pelaku pembunuhan disebut-sebut sebagai figur paling 'berwibawa' di dalam rutan atau lapas (lembaga pemasyarakatan)," ucap Reza.

Menurut di dalam sistem lapas ada yang namanya manajemen risiko (risk assessment) untuk memilah napi ke dalam sejumlah kategori. Biasanya berdasarkan tingkat kebahayaan dan kemungkinan melarikan diri.

Dalam hal ini, kata Reza, nyatanya sesama tahanan juga memetakan sendiri tingkat kejahatan tahanan lainnya dengan kriteria masing-masing.

"Suka-suka mereka. Ternyata, napi kejahatan seksual mereka tempatkan di kategori bawah," tutur Reza.

Baca juga: Tak Hanya Dianiaya hingga Tewas, Tahanan Rutan Polres Depok Juga Dimintai Uang Sesama Penghuni

Tak boleh dibiarkan

Jika benar demikian, kata Reza, maka memang dibutuhkan pemisahan antara napi kejahatan seksual dan napi pidana lainnya.

"Juga ruangan dilengkapi kamera CCTV dan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan yang jelas disertai sanksi bagi pelanggarnya," ucap Reza.

Halaman:


Terkini Lainnya

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com