JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai pengayun wahana ombak banyu di pasar malam, Joni (21) dan Ipung (23) menyadari bahwa pekerjaan mereka berisiko tinggi.
Salah satu insiden pahit yang Ipung ingat betul yakni ketika kepalanya terantuk baut ukuran 19 yang terpasang di besi ombak banyu saat dia mengayun wahana tersebut.
“Kena baut pelipis saya, baut ukuran 19. Berdarah, langsung minggir saya,” kata Ipung saat berbincang dengan Kompas.com di Pasar Malam Caglak, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (11/6/2024).
Bukan hanya terbentur, Ipung dan Joni menganggap, terjatuh saat beratraksi di depan pengunjung juga menjadi makanan sehari-hari mereka.
“Jatuh dari atas. Kan licin, kadang kita jatuh. Pas lagi posisi atraksi, kita enggak sadar, tangan lagi licin,” ucap Joni.
Baca juga: Cerita Pengayun Ombak Banyu Pasar Malam: Rela Tangan Kapalan demi Pengunjung Terhibur
Beruntungnya, berbagai insiden tersebut tak pernah membuat Ipung dan Joni terluka parah sampai patah tulang. Paling-paling, tangan atau kaki mereka terkilir akibat terjatuh.
Dalam kondisi demikian, Ipung dan Joni kerap kali memaksakan diri untuk bekerja. Keduanya merasa tak enak hati dengan pekerja pasar malam lain jika izin kerja untuk beristirahat.
Apalagi, pekerja di pasar malam diupah harian. Hitungannya, 25 persen dari omzet harian pasar malam dibagi jumlah pekerja.
Oleh karena itu, jika wahana sepi peminat dan ada pekerja yang tidak masuk, upah tetap dibagi rata.
“Walaupun kayak gitu, terkadang kita memaksakan diri. Kalau cedera ringan, bisa kerja lagi, tinggal ke tukang urut,” ujar Ipung.
“Cuma kalau istirahat, kita enggak enak sama teman-teman yang lain. Kalau cedera satu, nanti ditambal sama yang lain, kita kerja wahana yang ringan-ringan,” tambahnya.
Baik Ipung maupun Joni menganggap, besi adalah teman bagi pengayun ombak banyu. Hampir setiap hari tangan mereka bersentuhan dengan besi, pun yang berkarat.
Hal ini menyebabkan para pengayun ombak banyu mengalami telapak tangan kapalan, bahkan kulit terkelupas.
Meski begitu, Ipung dan Joni mengaku senang menjalani pekerjaan ini. Sebab, keduanya bisa menghibur pengunjung pasar malam.
“Kalau dirasa-rasa, ya perih, tapi karena aktivitas, ya sudah. Ini juga memang sengaja enggak pakai plester. Nanti malah lembek kayak tomat busuk,” ucap Joni.
Baca juga: Curhat Pengayun Ombak Banyu: Pekerja Pasar Malam Bukan Berarti Enggak Punya Masa Depan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.