JAKARTA, KOMPAS.com - Harga rumah subsidi senilai Rp 160 juta sampai Rp 240 juta disebut tidak mudah diwujudkan sebagai hunian layak dan mempunyai lokasi yang menarik bagi calon pembeli.
Padahal, pengamat Ekonomi dan Properti dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ariyanto Adhi Nugroho mengatakan, range harga rumah subsidi tersebut merupakan nominal yang telah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2024 ini.
“Harga tersebut tentunya tidak mudah untuk diwujudkan sebagai rumah yang layak dan mempunyai prospek lokasi yang menarik,” ujar Ariyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/6/2024).
Baca juga: Kualitas Bangunan dan Lokasi Jauh Jadi Penyebab Rumah Subsidi di Cikarang Kosong Terbengkalai
Oleh karena itu, hal ini menjadi tantangan pengembang untuk mencari lahan yang pantas dengan harga yang terjangkau agar bangunannya tetap layak.
“(Tetapi) beberapa masalah yang sering timbul antara lain terkait kualitas rumah yang kurang baik dan lokasi yang jauh dari kegiatan ekonomi. Saat ini isu yang masih berkembang di media terkait perumahan di Villa Kencana Cikarang yang mulai ditinggalkan pemilik,” ujar dia.
“Jika dilihat secara umum, dua isu yaitu kualitas bangunan dan lokasi menjadi masalah pada perumahan tersebut,” ucap Ariyanto lagi.
Menurut dia, hal yang paling penting dalam properti, terutama perumahan, adalah faktor lokasi, yakni dekat dengan perkotaan seperti tempat kerja dan aktivitas bisnis atau lokasi di pinggiran kota.
Dua pilihan ini dinilai mempunyai konsekuensi masing-masing.
“Dekat dengan pusat bisnis tentunya cenderung mempunyai harga yang tinggi, sedangkan lokasi yang lebih jauh dari kota mempunyai harga yang cenderung rendah namun ongkos transportasinya meningkat,” ujar Ariyanto.
Sebelum membeli rumah, tidak sedikit orang mempunyai dua motif, yakni sebagai pemenuhan kebutuhan atau instrumen investasi.
“Faktor lokasi merupakan penentu harga rumah, di mana ketika perkembangan lokasi baik ekonomi, infrastruktur dan sosialnya tersebut baik dan cepat, tentunya memberikan pengaruh positif terhadap harga rumah,” ucap dia.
“Namun, tidak dipungkiri bahwa perkembangan harga rumah tidak selalu sama peningkatannya di semua wilayah,” tambah dia.
Ariyanto menyebut masih banyak ditemukan pembeli rumah subsidi yang bertujuan untuk mendatangkan keuntungan besar.
“Kondisi ini tentunya menjadi tidak tepat sasaran di mana tujuan perumahan subsidi tersebut untuk memenuhi kebutuhan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” pungkas Ariyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.