Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Setelah Betemu Korban-korban Teror Bom, Saya Sadar Pemahaman Itu Sesat"

Kompas.com - 04/04/2018, 09:54 WIB
Nursita Sari,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurnia Widodo, eks terpidana kasus terorisme, menceritakan berbagai pengalamannya saat bergabung dengan kelompok terorisme hingga menyadari pemahamannya bersama kelompoknya itu keliru.

Kurnia adalah seorang mantan terpidana teroris dengan spesialisasi membuat dan merakit bom.

Polisi membekuknya di daerah Cibiru, Bandung, sekitar akhir 2010, karena merencanakan teror bom. Akibat perbuatannya, Kurnia saat itu divonis 6 tahun penjara.

Saat masih bergabung dengan kelompok radikal, Kurnia menyebut pemahamannya soal TNI dan Polri merupakan kafir sangat kuat.

Baca juga : Terdakwa Bom Thamrin Akui Kritisi Bom Bunuh Diri di Polres Cirebon

Ia berani melakukan aksi bom bunuh diri untuk menyerang aparat TNI dan Polri. Sebab, jaminannya disebut masuk surga.

Rujukannya saat itu adalah pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakr al-Baghdadi.

"Saya dulu seperti itu. Keyakinan itu sangat kuat, bahwa polisi itu kafir sehingga kami berani mati. Kalau mati, kami meyakini masuk surga," ujar Kurnia.

Ia menceritakan kisahnya itu saat bersaksi dalam persidangan kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin dua tahun lalu dengan terdakwa Aman Abdurrahman di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (3/4/2018).

Baca juga : Kapolri Sebut Teroris Eks Kelompok Santoso Tinggal 10 Orang

Penyerang markas Polda Sumatera Utara, Syawaluddin Pakpahan, memeluk terdakwa kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin, Aman Abdurrahman, seusai memberikan kesaksian dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/3/2018).KOMPAS.com/NURSITA SARI Penyerang markas Polda Sumatera Utara, Syawaluddin Pakpahan, memeluk terdakwa kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin, Aman Abdurrahman, seusai memberikan kesaksian dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/3/2018).

Dikucilkan kelompoknya

Di balik jeruji besi, Kurnia perlahan menyadari kesalahannya. Ia banyak berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Islam moderat yang membuka matanya.

Kurnia bercerita, perubahan pemahaman itu membuat dia dikucilkan kelompoknya sendiri.

"Saya berubah dari pemahaman lama semenjak saya (ditahan) di Lapas Cipinang. Saya berubah sehingga saya dikucilkan oleh kelompok saya," kata Kurnia.

Lama-lama Kurnia menyadari bahwa pemahamannya selama bergabung dengan kelompok radikal tidak masuk akal, termasuk mudahnya mengkafirkan orang lain.

Sebab, kata dia, umat Islam sebenarnya tidak mudah mengkafirkan orang lain.

"Islam itu, apalagi di akhir zaman, itu jangan mudah sekali mengkafirkan orang lain. Kita kedepankan husnudzon, jangan gampang memvonis," ucapnya.

Baca juga : Saksi Terdakwa Bom Thamrin Belajar Rakit Bom untuk Persiapan Perang Akhir Zaman

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com