Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pilkada 2020, Bawaslu Temukan Sejumlah Kesalahan Coklit Pemilih di Depok

Kompas.com - 04/08/2020, 15:57 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Koordinator Divisi Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Depok Dede Selamet Permana mengaku menemukan sejumlah kesalahan dalam proses pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih oleh KPU jelang Pilkada Depok 2020.

Kesalahan tersebut beragam bentuknya, kata Dede, dan tersebar di berbagai kecamatan hingga kelurahan di Depok selama 10 hari pengawasan oleh Bawaslu.

"Kami temukan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pertama joki di Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas. Di sana PPDP melimpahkan tugas yang mestinya dia lakukan, ke orang lain," kata Dede kepada wartawan pada Selasa (4/8/2020).

Kedua, pihaknya menemukan pemasangan stiker tanda pemilih yang tidak sesuai dengan ketentuan di Kelurahan Mampang dan Pasir Gunung Selatan.

Baca juga: Jelang Pilkada Tangsel 2020, KPU Mulai Tahapan Coklit hingga 13 Agustus

Di samping itu, di Kelurahan Cinere, pihak Dede mengaku menemukan banyak pemilih tak terdata karena KPU hanya mencatat nama kepala keluarga saja.

"Satu stiker kan harusnya untuk satu KK, ini jadi untuk satu rumah. Di Mampang masif, hampir semua TPS melakukan itu," ujar Dede.

"Jadi kalau dalam rumah lebih dari satu KK, misalnya ada dua KK, ya dua stiker. Tapi mereka hanya tempel satu stiker per rumah," lanjutnya.

"Kami temukan juga di Cinere, pemilih baru tidak didata oleh PPDP, melainkan hanya kepala keluarga. Jadi pemilih lain di rumah itu tidak didata. Itu juga terjadi di beberapa rumah di Kelurahan Cinere," tambah Dede.

Baca juga: Bawaslu Depok Klaim Tak Berwenang Tindak Politisasi Bansos Covid-19

Ketiga, Dede mengaku jajarannya menemukan dua orang PPDP yang sempat terlibat dalam kegiatan partai politik di Pemilu 2019 silam.

"Itu kami temukan di Sukmajaya," ungkapnya.

"PPDP yang ikut kegiatan parpol itu kami rekomendasikan untuk diganti," tambah Dede.

Atas temuan-temuan ini, ia meminta KPU mengevaluasi proses coklit yang saat ini masih berjalan agar tak ditemui lagi kesalahan-kesalahan berikutnya.

Di samping itu, Dede meminta KPU supaya segera memperbaiki kesalahan yang ditemukan selama 10 hari pengawasan oleh Bawaslu.

"Misalnya yang di Cinere dikoreksi sehingga sudah didata. Yang tadinya belum masuk sebagai pemilih, sekarang sudah dimasukkan ke dalam pemilih baru," kata dia.

Baca juga: Bawaslu: Ongkos Beli APD untuk Awasi Pilkada Depok Capai Rp 900 Juta

Jelang pemungutan suara Pilkada Depok 2020 pada 9 Desember 2020 mendatang, kandidat yang kemungkinan bakal duel sama-sama wajah lama, yakni Mohammad Idris versus Pradi Supriatna.

Idris, kalangan nonpartai yang dekat dengan pejabat teras PKS, merupakan Wali Kota Depok saat ini.

Sementara itu, Pradi adalah kader Gerindra yang saat ini mendampingi Idris di pemerintahan sebagai wakil wali kota.

Selagi pasangan Idris-IBH belum final dan masih menunggu kesepakatan partai politik, Pradi Supriatna telah lebih dulu curi start.

Pradi akan maju didampingi Afifah Alia, kader perempuan PDI-P sebagai calon wakilnya, saat ini seraya menghimpun dukungan dari Partai Golkar, PKB, dan PSI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com