Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pasien Covid-19 di Depok Sulit Cari Rumah Sakit dan Terbelit Administrasi karena Swab Mandiri

Kompas.com - 19/09/2020, 06:09 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com – Jumat malam pada 4 September 2020. Icha dan suaminya pulang dari kantor mereka di Jakarta.

Akhir pekan di depan mata, mereka menghabiskan malam lebih santai dengan wara-wiri di Ibu Kota. Kebetulan, hari itu mereka tidak berangkat kerja dengan kereta rel listrik (KRL) tetapi dengan sepeda motor.

Mereka memilih santap malam di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Sesudahnya, baru mereka berboncengan pulang ke rumah mereka di bilangan Cipayung, Depok, Jawa Barat. Perjalanan yang jauh.

“Habis itu, kami berdua merasa enggak enak badan. Kami mikirnya, karena habis naik motor jauh, malam-malam pula. Kami pikir, kami masuk angin,” ujar Icha kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2020) kemarin.

Mereka pun menunda beberapa agenda yang sudah mereka rencanakan untuk akhir pekan. Mereka pilih istirahat total.

Baca juga: Tunggu Tambahan Tenaga Medis, Depok Rujuk Pasien Covid-19 ke Bogor dan Bekasi

Pada 7 September 2020, Icha pulih. Namun, suaminya masih tidak enak badan dan diare. Suaminya minta izin ke kantor untuk absen, dengan alasan sakit. Khawatir, pihak kantor memintanya tes swab dengan dibiayai kantor.

Hari itu juga, suaminya tes swab di RS Hermina Depok. Ia mesti menunggu 5 hari sebelum hasil tesnya keluar pada Jumat pekan lalu.

Selama lima hari menunggu hasil tes swab suaminya keluar, Icha yang masih harus berkantor ke Jakarta merawat suaminya seorang diri.

Gejala yang diidap suaminya mulai bertambah secara bertahap, mulai dari demam yang naik-turun, batuk kering, sebelum tak mampu mencium bau dan rasa pada hari keempat.

Mereka juga pisah kamar, saling mengenakan masker saat berinteraksi, dan repot membersihkan segala benda yang disentuh menggunakan desinfektan.

“Kami juga komunikasi lewat video call. Aku merawatnya hanya dengan masker kain, bukan masker medis,” ujarnya.

Jumat lalu, hasil tes swab suaminya dirilis rumah sakit.

“Ternyata dia positif Covid-19. Aku syok,” ungkap Icha.

Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat memberikan berkas pasien Covid-19 saat tiba di pos pemeriksaan IGD Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/9/2020). Gubernur Anies Baswedan pada Sabtu pekan lalu mengatakan saat ini pasien terpapar Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala atau OTG akan dirawat di RSD Wisma Atlet, sebanyak 1.740 pasien Covid-19 yang dirawat inap hingga Rabu, 16 September 2020.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat memberikan berkas pasien Covid-19 saat tiba di pos pemeriksaan IGD Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/9/2020). Gubernur Anies Baswedan pada Sabtu pekan lalu mengatakan saat ini pasien terpapar Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala atau OTG akan dirawat di RSD Wisma Atlet, sebanyak 1.740 pasien Covid-19 yang dirawat inap hingga Rabu, 16 September 2020.

Ia tak tahu sama sekali dari mana suaminya tertular virus corona, apakah dari kolega sekantor, atau tertular di kereta, atau tertular olehnya?

Pihak rumah sakit disebut menawarkan dua pilihan. Pilihan pertama, dirawat di rumah sakit tetapi biaya dibebankan kepada pasien. Pilihan kedua, isolasi mandiri di rumah. Dua pilihan itu tidak ada yang masuk akal, menurut Icha.

“Ini kan bencana nasional, ya, harusnya semua biaya-biaya itu ditanggung pemerintah. Selama pemerintah tanggung jawab sama masyarakatnya, ya, kita mau cari itu (cara agar suaminya dirujuk ke rumah sakit secara gratis),” kata dia.

Mereka lantas singgah di Puskesmas Pancoran Mas, dalam perjalanan pulang dari RS Hermina Depok, berniat melaporkan apa yang mereka alami.

“Kami enggak diterima, katanya disuruh ke puskesmas sesuai domisili. Kami kira, kami bisa lapor ke mana saja,” kata Icha.

Ditolak, mereka pun menyambangi puskesmas di Cipayung. Hari sudah menuju senja dan puskesmas sudah tutup. Mereka lalu diarahkan agar berkomunikasi melalui WhatsApp ke salah satu tenaga puskesmas.

Tenaga puskesmas menanyakan beberapa hal soal gejala yang diidap suaminya, juga situasi rumahnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com