Chandra mengatakan, puluhan orang yang memukulinya itu adalah warga sekitar Rusunawa Marunda.
Kejadian itu terjadi saat Chandra sedang berjaga di pos sekuriti. Tiba-tiba gerombolan orang itu menyerang dan memukulinya.
"Habis muka biru lebam semua, di kepala juga ada, karena ada yang memukul saya dari belakang dengan menggunakan gagang kain pel," ucap Chandra.
Usai kejadian, Chandra langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Darurat (RSUD) Koja, Jakarta Utara.
Biaya pengobatan Chandra saat itu ditanggung oleh kepala rusunawa, sedangkan para pelaku melarikan diri begitu saja.
Atas kejadian itu, Chandra sudah melaporkannya ke Polres Metro Jakarta Utara. Sampai saat ini, proses hukum itu masih berjalan dan sudah di tahap mediasi antara Chandra dan para pelaku.
Chief Sekuriti Rusunawa Marunda bernama Carman mengatakan, pihak sekuriti rusun kesulitan mencegah aksi pencurian barang-barang di Klaster C lantaran tak ada pagar di Rusunawa Marunda.
Baca juga: Sekuriti Mengeluh Kesulitan Cegah Aksi Pencurian karena Tak Ada Pagar di Rusunawa Marunda
"Pagar-pagar itu udah jebol, belum ada perbaikan. Contohnya, kaya blok D, ini kan kantor UPRS (unit pengelola rumah susun) harusnya ada pagarnya, cuma ini kan bolong semua, dari sudut mana pun bisa orang masuk," kata Carman saat dijumpai Kompas.com di lokasi, Kamis.
Carman menjelaskan, mulanya Rusunawa Marunda memiliki pagar. Namun, pagar tersebut dijebol maling sampai tak ada lagi yang tersisa.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com di lokasi, sekeliling Rusunawa Marunda memang tidak berpagar seperti rusun lainnya.
Hal itulah yang membuat tak ada batasan antara wilayah rusunawa dengan lingkungan di sekitarnya.
Setiap orang bisa masuk dari mana pun tanpa harus melewati pos sekuriti di rusunawa tersebut.
Oleh sebab itu, para petugas keamanan sulit mencegah aksi penjarahan di klaster C Rusunawa Marunda.
"Dibilang sulit ya enggak, dibilang enggak, ya, sulit. Sebenarnya, karena ini rusun terlalu luas, dan akses masuk orang-orang luar ini banyak, enggak satu pintu, yang menjadi sulit sebenarnya itu," ucap Carman.
Penghuni rusunawa yang banyak juga membuat Carman kesulitan membedakan mana warga rusunawa, mana warga asing yang ingin mencuri.
(Penulis: Shinta Dwi Ayu | Editor: Fitria Chusna Farisa, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Akhdi Martin Pratama)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.