MALUKU, KOMPAS.com - "Saya feeling lonely (merasa kesepian)," ucap Aca (15), seorang pelajar dari Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, yang mencurahkan isi hatinya ke Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dalam kunjungan, Rabu (26/6/2024).
Ursula Gracia Sainyakit atau Aca, pelajar kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMAN) 10 Kepulauan Tanimbar itu biasanya hanya berani mencurahkan isi hati melalui buku harian.
Aca bercerita, ia menulis buku harian sedari kecil. Lewat buku harian tersebut, ia mencurahkan perasaannya yang kerap kali merasa kesepian karena orangtuanya berpisah.
Sedari kecil, Aca hidup bersama ibu dan satu adiknya. Meski tanpa sosok ayah, ia berupaya menjadi sosok yang mandiri.
Kendati merasa kesepian, Aca berusaha mengangkat derajat martabat keluarganya lewat pendidikan. Ia bangkit dari keterpurukan dengan mempelajari berbagai hal untuk memperkaya diri lewat ilmu dan sejumlah keahlian.
Baca juga: Temui Korban TPPO dari Malaysia, Mensos Risma: Jangan Mau Dibohongi Lagi…
Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), Aca sudah berhasil menjuarai bidang akademik. Prestasi terus dicetak Aca sampai ia kini duduk di kursi sekolah menengah pertama (SMA).
"SMP saya berprestasi, saya raih juara dua cerita rakyat. SMA saya sudah punya kursus tersendiri, saya lulus (masuk) 10 besar," ucapnya.
Aca yang piawai dalam berbahasa Inggris lantas membuka kursus pelatihan Bahasa Inggris ke anak-anak di Saumlaki. Ia mengaku bisa memperoleh honor hingga Rp 1,5 juta untuk satu kelas kursus yang dia ajar.
Aktivitas tersebut masih Aca lakukan hingga saat ini. Bahkan, Aca kini mengajar empat kelas berbeda.
"Basic english (Bahasa Inggris mendasar) yang saya ajarkan. Daily activity, cara membaca, cara eja, spelling, dan lainnya," kata Aca.
Aca pun pernah dipercaya sebuah asosisasi pramuwisata untuk menemani turis asing asal Australia berkeliling Kepulauan Tanimbar. Usianya baru 14 tahun kala itu.
Namun, semua hal itu terasa tidak cukup buat Aca. Ia terus menerus dihantui perasaan kekurangan.
Merasa ada sesuatu yang tak biasa dalam dirinya, Aca mengunjungi psikiater. Ternyata, ia didiagnosis menderita bipolar.
Menurut psikiater, gangguan ini disebabkan karena salah satu anggota keluarganya kurang memberikan dukungan.
"Jadi apa yang saya raih, saya tidak puas, saya mau lebih lagi dan apa yang sudah ada di titik ini. Saya tidak berpikir (tidak peduli) orang lain di belakang," kata Aca.
Namun, Aca mencoba memaknai diagnosis tersebut dengan cara berbeda. Ia tetap berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal.
Saat bertemu Mensos, Aca pun melepaskan semua isi hati yang biasa dia tulis di buku harian. Sampai-sampai, ia meneteskan air mata.
Baca juga: Ciptakan Wirausahawan Baru dan Sukses, Mensos Risma Luncurkan Program Pena Muda
Sementara, kepada Aca, Risma berpesan untuk tidak menyerah. Ia juga menyebut bahwa Aca mestinya bangga pada diri sendiri.
"Jangan mundur lagi, kamu sudah berbeda dengan anak seusia kamu. Jadi kamu harus bangga dengan diri sendiri," pesan Risma kepada Aca.
Mendengar pesan Risma, Aca tersadar bahwa ia telah melakukan lebih dari mayoritas anak seusianya.
"Beliau bilang jangan mundur lagi. Maju terus, jangan membandingkan diri dengan yang di belakang, harus bangga dengan diri sendiri," kata Aca.
Aca pun berjanji ke dirinya untuk terus bersemangat mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter. Kelak, Aca berkeinginan bisa mengobati warga yang sakit di Kepulauan Tanimbar.
"Jadi, sekarang harus terus maju. Apa pun itu jangan menengok ke belakang lagi, maju terus meskipun berkekurangan," imbuh Aca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.