JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah sekitar satu bulan pindah ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Neni (60) menggelar selamatan di rusun barunya yang berada di lantai empat.
"Biar selamat kan, kalau di Islam kan tradisi. Bukan karena diwajibkan, karena tradisi saja," ujarnya di unitnya, Selasa (18/8/2015).
Selamatan ini dimaksudkan agar semua penghuni rumah diberi kesehatan, dipanjangkan umur, dan selalu dimudahkan rezeki. Selain itu, rumah susun baru yang dihuni tersebut juga diharapkan dapat membawa berkah.
Syukuran yang digelar sekitar pukul 13.15 WIB itu dihadiri oleh sekitar 30 orang. Mereka tidak lain adalah tetangga Neni di Bantaran Kali Ciliwung. Beberapa di antara mereka pun ada yang sudah pindah ke Rusun Jatinegara Barat, yang juga menggelar selamatan seperti yang dilakukan Neni.
"Yang datang ibu-ibu dari sana (Bantaran Kali Ciliwung), tetangga-tetangga di sana. Ada yang sebagian pindah kemarin. Ibu ini juga kemarin udah selamatannya,” kata Neni sambil menunjuk salah satu perempuan di sampingnya.
Dalam selamatan tersebut, mereka membacakan surat Yasin, tahlil, dan beberapa doa. Rangkaian acara selamatan pun ditutup dengan membagikan makanan dan minuman kepada semua yang hadir. Selamatan tersebut selesai pukul 13.50 WIB.
Tuntut ganti rugi
Jika Neni merasa bersyukur, ada juga warga rusun asal Kampung Pulo yang masih mempermasalahkan ganti rugi dari pemerintah. Alex hingga kini mengaku sedang berupaya menyewa pengacara untuk menuntut ganti rugi dari rumahnya yang ditertibkan.
"Ini lagi coba sekali lagi nih ganti orang, dua kali sama ini. Biar pindahnya dapat uang gantian, ini kan pindah tanpa diganti," kata pria yang baru empat hari menempati Rusun Jatinegara Barat itu.
Menurut Alex, ia lebih baik tinggal di rumahnya sendiri meskipun harus kebanjiran. Alasannya, jika di rumah sendiri, ia tak perlu bayar apa pun.
"Bisa-bisa 1 juta sebulan. (Kalau di rumah) biar banjir bandang kan gak pernah bayar," ucapnya.
"Ya kita sih terpaksa, kalau milih ya enggak maulah. Sudah ikhlas saja saya. Sekarang kita lawan pemerintah percuma, enggak bisa menang," ujar dia lagi.
Sama halnya dengan Alex, Rukiah (65) pun mengaku lebih baik tinggal di rumahnya. Sebagai pensiunan, ia merasa keberatan membayar uang sewa dan keperluan lainnya di rusun.
"Lebih baik di sana, air enggak mikirin air, yang dibayar cuma lampu (listrik). Kalau di sini kan listrik bayar, air bayar, rumah bayar. Kalau rumah kita kan enggak. Enggak bayar, listrik doang yang bayar. Air gak bayar. Kalau di sini kan kita harus bayar semua," ujarnya.
Meski setiap tahun terkena banjir luapan kali, Rukiah mengaku ia tidak kaget dan takut lagi jika banjir datang karena sudah terbiasa. Ia hanya tinggal naik ke lantai dua jika lantai satu rumahnya kebanjiran.